INACA Sebut Iuran Pariwisata Bebani Penumpang dan Bikin Harga Tiket Pesawat Makin Mahal

INACA Sebut Iuran Pariwisata Bebani Penumpang dan Bikin Harga Tiket Pesawat Makin Mahal

Ekonomi | inews | Jum'at, 26 April 2024 - 07:36
share

JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan wacana pengenaan iuran pariwisata akan menaikkan harga tiket pesawat. Hal itu dikarenakan iuran pariwisata akan dibebankan ke masyarakat untuk setiap pembelian tiket pesawat. 

Menurutnya, kebijakan itu justru kontraproduktif ditengah keinginan pemerintah memperluas konektivitas transportasi udara. Sebab, jumlah pelanggan terancam menurun dampak dari meningkatnya biaya transportasi. 

"Dengan demikian pengenaan iuran pariwisata pada tiket pesawat akan menjadi kontraproduktif, karena dapat menyebabkan harga tiket naik, jumlah penumpang turun dan kondisi bisnis maskapai penerbangan juga turun," ujar Denon dalam keterangan resminya, Kamis (25/4/2024).

Belum lagi, katanya, penumpang pesawat terdiri atas berbagai macam keperluan, di antaranya untuk keperluan bisnis, acara keluarga atau pribadi, keperluan dinas, keperluan pendidikan, keperluan liburan atau berwisata dan lainnya. 

"Jadi pariwisata dan wisatawan hanya salah satu dari berbagai jenis penumpang pesawat," tutur dia. 

Denon menilai tidak seharusnya iuran pariwisata yang sedang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ditambahkan dalam komponen harga tiket pesawat. Sebab, hal itu justru akan menjadi beban tambahan bagi penumpang dan maskapai penerbangan.

Dengan tambahan iuran pariwisata dalam  komponen tiket akan membuat harga tiket menjadi lebih mahal bagi penumpang. Maskapai juga akan terkena dampak karena jumlah penumpang akan berkurang jika harga tiket dianggap mahal.  

Menurut Denon, saat ini bisnis penerbangan sedang dalam kondisi rebound setelah terpuruk akibat pandemi Covid -19 pada tahun 2020 sampai dengan 2022 lalu. Namun banyak kendala yang dihadapi maskapai penerbangan Indonesia sehingga proses rebound tidak bisa berlangsung lancar jika dibandingkan dengan maskapai penerbangan internasional.

Permasalahan yang dihadapi maskapai Indonesia di antaranya adalah berkurangnya jumlah ketersediaan pesawat beserta suku cadang (spareparts) dan sumber daya manusia yang siap untuk dioperasikan. 

Selain itu juga meningkatnya biaya operasi yang disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar avtur dan nilai tukar mata uang rupiah yang terus melemah terhadap mata uang dolar AS. Padahal sekitar 70 persen biaya operasional penerbangan dipengaruhi oleh dolar AS.

Topik Menarik