Jangan Sepelekan Gangguan Prostat, Pria Usia 50 Tahun Dianjurkan Deteksi Dini!

Jangan Sepelekan Gangguan Prostat, Pria Usia 50 Tahun Dianjurkan Deteksi Dini!

Gaya Hidup | inews | Jum'at, 29 Maret 2024 - 16:21
share

JAKARTA, iNews.id - Mendeteksi gangguan prostat sejak dini sangat dianjurkan untuk mencegah dampak lebih fatal. Ya, prostat biasanya dialami pria dengan usia di atas 50 tahun, meski demikian tidak menutup kemungkinan usia di bawah 50 tahun terkena gangguan prostat.

Adistra Imam Satjakoesoemah, Spesialis Urologi RS Abdi Waluyo mengatakan, pembesaran prostat merupakan hal yang umum terjadi pada dekade kelima seorang pria, dengan insidensi mencapai hampir 50 persen.

Menurutnya, prostat merupakan organ yang hanya dimiliki oleh laki-laki, terletak jauh di dalam rongga panggul seorang pria, di antara penis dan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai kelenjar yang akan menghasilkan cairan prostat dan bersama dengan cairan dari kelenjar sekitar (vesikula seminalis) akan mengisi lebih dari 90 persen cairan mani/semen. 

"Kompleks cairan tersebut berisi nutrisi yang akan digunakan sperma untuk bertahan hidup dan membuahi sel telur/ovum. Jadi sejatinya, cairan mani dan cairan sperma itu hal yang berbeda, cairan sperma hanya mengisi sekitar kurang dari 5 persen cairan mani, sisanya merupakan cairan prostat dan kelenjar sekitar," ujar dr Adistra, Kamis (28/3/2024).

Tepat di bagian tengah prostat, terdapat saluran kencing/urethra seorang laki-laki. Selain itu, terdapat juga katup kencing bagian dalam (internal sphincter) yang menempel pada prostat dan berfungsi untuk mengatur aliran keluar cairan ejakulasi dan air kencing. Akibatnya, jika terjadi pembesaran pada prostat, ini bisa menyebabkan sumbatan dan gangguan pada proses kencing. Gejala ini lazim disebut gejala saluran kemih bawah (Lower Urinary Tract Symptoms/LUTS).

"Prostat pada dasarnya merupakan organ seksual seorang pria. Oleh karena itu, segala pengobatan gangguan prostat dapat menimbulkan gangguan fungsi seksual pada pria. Pada prinsipnya, pengobatan 
gangguan berkemih akibat pembesaran prostat itu bertujuan untuk mengontrol/mengurangi pertumbuhan prostat dan melancarkan aliran kencing," kata dr Adistra.

Dia menambahkan, prostat tumbuh dari stimulasi zat yang bernama Dihidrotestosterone (DHT), yang merupakan produk turunan dari hormon testosteron. Hormon testosteron merupakan hormon kepriaan yang bertugas terutama untuk menjaga fungsi seksual seorang pria, seperti gairah seksual (libido), ereksi, dan pertumbuhan seks sekunder (kumis, bulu kemaluan, dll).

”Oleh karena itu, pengobatan untuk mengontrol pertumbuhan prostat akan berhubungan dengan regulasi hormone testosteron, di mana pengobatan tersebut dapat menimbulkan gangguan seksual pada pria (penurunan libido, disfungsi ereksi, gangguan mood, dll). Sementara itu, pengobatan untuk melancarkan kencing dapat menganggu kinerja katup kencing yang mengatur ejakulasi, sehingga dapat menimbulkan ejakulasi retrograde atau ’ejakulasi kosong’," katanya.

"Kondisi tersebut terjadi di saat seorang pria melakukan aktivitas seksual, sudah mencapai orgasme (puncak kenikmatan), tetapi tidak ada cairan mani yang bisa dikeluarkan. Namun, tentunya ada juga pilihan yang akan meminimalisir gangguan tersebut” ujar dr Adistra.

Terapi Gangguan Prostat 

Dokter Adistra mengatakan, jika sudah mendapatkan gangguan prostat, pengobatan minimal invasif pembesaran prostat harus dilakukan. Saat ini RS Abdi Waluyo melakukan pengobatan dengan Water Vapor Thermal Therapy dan operasi Laser Prostat. 

Menurutnya, Water Vapor Thermal Therapy dan Prostate Laser Surgery merupakan benchmark tertinggi yang ada dunia saat ini untuk pengobatan pembesaran prostat.

Water Vapor Thermal Therapy menggunakan frekuensi radio untuk menciptakan energi dalam bentuk uap air. Dengan bantuan instrumen khusus yang 
ada pada terapi tersebut dan kamera kecil yang dimasukkan ke dalam uretha, uap panas dengan suhu 103 derajat Celcius akan disuntikkan langsung ke dalam prostat pasien secara presisi.

“Secara singkat, cara kerja Water Vapor Thermal Therapy adalah uap air yang disuntikkan ke dalam prostat akan menimbulkan kematian jaringan prostat secara luas, jaringan mati perlahan akan 
diserap, sehingga prostat akan mengecil," katanya .

Tindakan ini sangat cepat dengan risiko medis dan gangguan seksual yang sangat minimal. Terapi ini dapat memutus rantai pengobatan pembesaran prostat, yang biasanya harus diminum seumur hidup dan menimbulkan berbagai konsekuensi seksual. "Tujuan akhir yang diharapkan adalah pasien bisa terbebas dari obat, kualitas hidup pasien pun lebih meningkat, dan angka kekambuhan yang relatif minimal,” kata dr  Adistra.

Namun, perlu diingat, pilihan terapi ini tentu harus melalui asesmen yang tepat dari dokter ahli. Jika sudah dalam tahap yang parah, di mana prostat sudah terlalu besar, tentu saja perlu dilakukan jenis terapi lainnya, yaitu dengan operasi Laser Prostat. Terapi pembesaran prostat juga dapat dilakukan melalui operasi minimal invasif dengan teknologi laser. Thulium merupakan salah satu jenis laser terkini di dunia dan RS kami memiliki 2 jenis laser Thulium.

“Jadi secara ringkas, operasi laser Thulium prostat adalah tindakan minimal invasive (bukan operasi terbuka), menggunakan anestesi spinalnatau umum di ruang operasi. Jenis dan setting laser disesuaikan dengan jenis kasusnya," kata dr Adistra.

Sementara itu, dr Roswin Rosnim Djaafar, CEO RS Abdi Waluyo mengatakan, prostat memang tidak langsung mengancam jiwa, penyakit ini dapat menyebabkan menurunkan kualitas hidup pasien. "Hal ini yang mendorong kami untuk menghadirkan One-stop-care untuk pasien pembesaran prostat jinak. Harapan kami, ini menjadi awal yang penting dalam membantu meningkatkan kesembuhan bagi pasien dengan pembesaran prostat jinak," kata dr Roswin.

Topik Menarik