Mahasiswa Tingkat Akhir S2 Termuda di ITB, Akrab Dipanggil Rakha

Mahasiswa Tingkat Akhir S2 Termuda di ITB, Akrab Dipanggil Rakha

Gaya Hidup | serpong.inews.id | Rabu, 27 Maret 2024 - 10:20
share

BANDUNG, iNewsSerpong.id - Kisah inspiratif datang dari Muhammad Rakha Dizionario, mahasiswa tingkat akhir Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung ( ITB ) termuda pada usianya yang menginjak 19 tahun. Mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Angkatan 2020 ini menjadi yang termuda karena mengikuti tiga kali program akselarasi.

Rakha mengikuti program akselerasi saat SD, SMP dan SMA, dengan mempercepat waktu belajarnya, masing-masing selama satu tahun. Pada saat SD dan SMP, dia mengikuti program akselerasi didorong oleh keinginan orang tua.

Namun pada saat SMA, Rakha mengambil inisiatif sendiri untuk tetap terlibat dalam program akselerasi. Sebab dia merasa sudah memiliki tanggung jawab pribadi terhadap pilihan tersebut.

Saat menjalani program akselerasi di SD dan SMP, Rakha merasa tidak ada masalah. Namun ketika SMA, dia tidak bisa aktif dalam organisasi dan ekstrakurikuler karena memiliki jadwal belajar yang cukup padat.

Untungnya, Rakha memiliki teman-teman dan lingkungan yang suportif sehingga masih dapat menjalani pendidikannya dengan lancar.

Rakha berhasil masuk ITB yang menjadi kampus impiannya melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Memasuki Tahap Persiapan Bersama (TPB), Rakha merasa sedikit kesulitan untuk bersosialisasi. karena merasa minder dengan usianya yang jauh lebih muda dari teman-temannya.

Namun setelah memasuki jurusan dan himpunan, dia sudah mulai bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman karena tidak adanya senioritas.

Kemudian dia aktif mengikuti Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika TERRA ITB. Hal ini sekaligus menjadi pengalaman baru baginya, sebab saat SMA tidak aktif dalam berorganisasi. Dengan menjadi ketua wisuda, tim kaderisasi dan supervisi bidang pengembangan, Rakha menjadi lebih berkembang dan menguasai banyak soft skill.

Dengan saya mengikuti hal kayak begitu, itu ngembangin diri saya. Saya ikutin wadah itu dan itu menurut saya itu menjadi pengalaman yang ga bisa dilupain dan mengubah hidup saya, ujarnya dikutip dari situs ITB, Selasa (26/3/2024).

Setelah menjalani perkuliahan di Program Studi Teknik Geofisika selama beberapa tahun, Rakha menyadari dia memiliki minat di bidang pertambangan. Maka dari itu dia memutuskan untuk melanjutkan S2 Rekayasa Pertambangan ITB.

Dengan mengikuti program fast track, Rakha bisa menyelesaikan S2 lebih cepat karena sudah mulai mengambil beberapa mata kuliah S2 dari semester 7 dan 8. Hal tersebut membuatnya juga dapat menyelesaikan S2 di usianya yang baru 20 tahun.

Dia pun memberikan pesan kepada para sesama mahasiswa akselarasi serta yang berniat mengikuti program fast track pada prodi yang akan dipilih.

"Untuk akselarasi, menurut saya buat dulu tujuannya mau seperti gimana. Kalau bisa se-visioner mungkin. Kemudian dari sana apakah perlu aksel atau tidak," ucapnya.

"Untuk fast track bisa menentukan dulu mau kerja atau S2 dulu. Menurut saya kalau mau S2 dulu, khususnya prodi Pertambangan, bisa memahami aspek pertambangan lebih dalam lagi," katanya lagi.

(*)

Topik Menarik