Sering Dikira Benteng Peninggalan Belanda, Padahal Aslinya Begini
Kota Bukittinggi selain mempunyai julukan sebagai kota wisata juga dikenal dengan kota sejarah. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Pada zaman kolonial Belanda , Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, disebut dengan Fort de Kock dan mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra.
Sebagai tanda bahwa Belanda telah menanamkan kekuasaannya di wilayah Bukittinggi, dibangunlah sebuah benteng yang dinamai dengan Sterrenschans (tempat berbentuk bintang) di atas bukit Jirek pada 1825 oleh Kapten Bouer untuk menangkal gempuran rakyat Minangkabau selama Perang Padri.
Namun, Baron Hendrik Markus de Kock kemudian mengubah namanya menjadi Benteng Fort de Kock yang saat itu menjabat sebagai komandan der Tropen dan wakil gubernur jenderal Hindia Belanda yang berkedudukan di Bukittinggi.
Saat ini benteng tersebut telah hancur yang tersisa hanya ada 6 meriam dan parit yang mengelilingi benteng dengan kedalaman 1 meter dan lebar 3 meter.
Untuk kebutuhan air bersih bagi warga kota pada 1932 di atas bekas pondasi benteng tersebut dibangun sebuah reservoir (bak tempat penampungan air) yang berbentuk kubus. Reservoir ini menampung air yang berasal dari Sungai Tanang sebelum dialirkan ke rumah warga.
Tetapi kenyataannya saat ini bak atau tempat penampungan air tersebutlah yang dikatakan dengan benteng Fort de Kock oleh banyak masyarakat, hal ini terlihat dari postingan dan foto - foto pengunjung ke objek wisata sejarah tersebut.
Jadi selama ini banyak masyarakat tertipu dengan keberadaan reservoir air tersebut yang mengiranya sebagai benteng Fort de Kock. Padahal faktanya benteng tersebut telah hancur alias tiada lagi yang tersisa hanyalah meriam dan parit.
Harga Tiket Pesawat Domestik Masih Tinggi, Sandiaga Uno: Kita Tertinggal dengan Negara Lain
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .