Rampingkan Kabinet Tak Mau Terima Gaji Anwar Ibrahim Patut Dicontoh

Rampingkan Kabinet Tak Mau Terima Gaji Anwar Ibrahim Patut Dicontoh

Seleb | BuddyKu | Sabtu, 26 November 2022 - 06:44
share

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim membuat sejumlah gebrakan di hari pertamanya bekerja. Anwar berjanji akan merampingkan kabinet dan tak akan menerima gaji sebagai Perdana Menteri dalam rangka memulihkan ekonomi. Kebijakan Anwar ini patut dicontoh.

Berbagai kebijakan itu disampaikan Anwar dalam konferensi pers perdana usai dilantik menjadi Perdana Menteri, Kamis lalu. Kepada wartawan, Anwar memaparkan prioritasnya saat ini adalah memulihkan perekonomian. Kata dia, pandemi Covid-19 telah membuat seluruh dunia nyaris remuk redam, termasuk Malaysia. Kini banyak negara berusaha memulihkan ekonomi di tengah ancaman krisis global dan inflasi.

Anwar bersyukur, di hari pelantikannya situasi ekonomi mulai membaik. Kepercayaan investor telah berubah. Ringgit menguat dan pasar saham hidup kembali.

Anwar berharap perekonomian Malaysia segera bangkit. Dengan bangkitnya ekonomi, rakyat Malaysia akan terlindungi. Mari kita sekarang fokus pada ekonomi dan melakukan apa pun untuk menghidupkannya kembali sehingga kesejahteraan rakyat, khususnya yang miskin dan terpinggirkan akan terlindungi, kata Anwar.

Untuk mencapai tujuannya itu, Anwar memastikan akan menunaikan janji kampanye di Pemilu lalu. Di antaranya adalah tidak akan menerima gaji sebagai Perdana Menteri, merampingkan kabinet, dan mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Ia tak mau rakyat memandang pemerintahannya sebagai pejabat-pejabat yang hanya memikirkan gaji, kepentingan politik, dan kontrak saham.

Karena itu, saya memilih untuk menolak gaji sebagai Perdana Menteri, ujarnya.

Soal kabinet, Anwar memastikan, akan lebih ramping dari pemerintahan sebelumnya. Tak hanya itu, ia pun akan memangkas gaji para menteri. Saya yakin para pegawai negeri sipil tahu tugas utama kita adalah meringankan beban rakyat, kata Anwar.

Karena itu, ia meminta seluruh instansi segera mengambil langkah dan menggelar pertemuan paling lambat Senin (28/11) untuk mempersiapkan pemotongan gaji menteri dan perampingan kabinet itu.

Sementara itu, eks PM Malaysia Muhyiddin Yassin akhirnya mengakui kekalahan dari Anwar Ibrahim, setelah sempat menolak dan bersikeras memegang suara mayoritas. Kemarin, Muhyiddin memberikan ucapan selamat kepada Anwar.

Mengenai hubungan politik, Muhyidin menyatakan, koalisinya akan berfungsi sebagai check and balance pada pemerintahan Anwar. Ia juga mengisyaratkan bahwa Perikatan Nasional akan tetap menjadi oposisi.

Perikatan Nasional akan memainkan peran check and balance di Parlemen Malaysia dengan membawa suara rakyat sejalan dengan prinsip demokrasi parlementer, imbuhnya.

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah menilai kebijakan Anwar memang patut diacungi jempol dan ditiru. Kebijakan Anwar itu akan mengurangi beban keuangan negara sekaligus bisa meningkatkan kepercayaan publik. Pemimpin-pemimpin lain patut meniru langkah Anwar ini.

Hanya saja, Anwar akan mendapat banyak tantangan saat merealisasikan janjinya itu. Pertama, soal legitimasi. Penunjukan Anwar sebagai Perdana Menteri terkesan ada intervensi Raja Malaysia. Meskipun secara realitas, Anwar merupakan pilihan terbaik untuk saat ini.

Kata dia, kondisi ini membawa risiko tersendiri. Adanya kesan ketergantungan psikologis Anwar pada Raja Malaysia. Dalam hal ini, Anwar akan merasa perlu untuk sering berkonsultasi ke Istana, sebelum mengambil keputusan strategis, kata Teuku, saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.

Kedua, mendesaknya pemulihan kembali nama baik Anwar, yang pernah diputus bersalah oleh pengadilan dalam sebuah kasus sodomi. Ketiga adalah, usianya yang sudah menginjak 75 tahun.

Meski dikenal memiliki intelijensia tinggi dan bekal segudang pengalaman, Anwar yang rentan secara kesehatan, secara psikologis, akan tergantung pada dukungan dari berbagai kekuatan dalam Pakatan. Sehingga komposisi menteri dalam pemerintahan Malaysia yang baru ini akan sedikit mengurangi komposisi etnis Melayu. Namun, menambahkan jumlah menteri dari latar belakang China dan India, paparnya.

Dengan segala risiko itu, Anwar membutuhkan kerja yang sangat keras. Yakni, membangun sebuah Malaysia yang bukan saja semakin demokratis, tapi juga mengembalikan ide-ide pembangunan yang revolusioner 30 tahun silam. [BCG/PYB]

Topik Menarik