Moral Politik Dalam Islam 11 Tidak Pernah Cuek Terhadap Kebatilan

Moral Politik Dalam Islam 11 Tidak Pernah Cuek Terhadap Kebatilan

Seleb | BuddyKu | Senin, 14 November 2022 - 06:02
share

Abu Bakar pernah meningatkan untuk tidak memilih calon pemimpin yang terlalu mau dan yang tidak terlalu mau menjadi pemimpin. Keduanya mempunyai resiko yang membebani rakyat. Biasanya orang yang terlalu berambisi menyembunyikan kelemahan dirinya, dan yang terlalu tidak mau tidak mempunyai spirit yang kuat untuk membangun masyarakatnya.

Dari Said al-Khudri, Nabi bersabda: Janganlah seorang di antara kalian menghinakan dirinya. Mereka berkata: Bagaimana hal itu terjadi? Nabi mengatakan: Mereka melihat sesuatu yang janggal (sesuai hukum Allah) tapi ia tidak mengatakan yang sesungguhnya, lalu ia bertemu dengan Allah (mati); dan ia membiarkan hal itu. Allah mengatakan kepadanya: Apa yang membuatmu diam sehingga tidak mengatakan yang sesungguhnya? Ia mengatakan: Takut terhadap manusia. Lalu Allah mengatakan: Semestinya engkau lebih takut kepada-Ku. (HR Baihaqi, Syuabu al-Iman, Jilid 6, hal. 90).

Dalam hadis lain Nabi bersabda: Tidak layak bagi seorang Muslim menghinakan dirinya. Mereka bertanya: Bagaimana hal itu terjadi wahai baginda Nabi? Beliau mengatakan: Berbuat sesuatu yang membahayakan padahal ia tidak mampu memikul/menghadapinya. (HR Tirmizi, Sunan Tirmizi, Jilid 4, hal 522).

Hadis lain juga disampaikan oleh Ummu Salamah, isteri Nabi, mengatakan: Nabi bersabda: Akan ada orang-orang yang memerintah di tengah-tengah kalian, di antara mereka ada yang kalian suka, dan ada yang kalian benci. Maka barangsiapa yang mengingkari dengan hatinya maka sungguh ia telah terbebas. Dan barangsiapa yang membenci maka ia selamat. Tetapi bagaimana dengan yang redha dan mengikutinya? Mereka bertanya: Wahai baginda Nabi, apakah boleh kami perangi mereka. Nabi mengatakan: Tidak, selama mereka mengerjakan shalat. (HR Muslim, Sahih Muslim, Jilid 6, hal. 23).

Hadis-hadis tersebut di atas cukup menjadi dasar untuk mengatakan bahwa kebenaran itu mesti ditegakkan jika kita menginginkan karakter terpuji. Namun di dalam menyampaikan kebenaran dan keritikan kepada pejabat atau pemerintah tetapi kita diminta dalam keadaan tawadhu , dan tidak kasar dan arogan. Melakukan pembiaran atau masa bodoh terhadap kebatilan akan menimbulkan penyesalan mendalam.

Nabi Muhammad SAWjuga pernah mengingatkan bahwa: Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit. Mungkin pahit sekali tetapi berikutnya meninimbulkan ketenangan dan ketenteraman. Melakukan pembiaran terhadap kemungkaran dan kebatilan akan membebani pikiran dan perasaan.

Dalam masa kampanye atau menjelang pemilu untuk berbagai tingkatan biasanya fitnah, pencitraan, riya, dan atribut-atribut negatif lainnya biasanya bertebaran. Tantangan kita bagaimana agar kita tidak mudah larut dengan kedekatan kita dengan para kandidat. Sebaliknya juga bagaimana menjaga diri agar tidak emosi kepada kandidat, meskipun nyata-nyata menyalahi aturan yang seharusnya dilakukan. Hanya saja ketika menyampaikan kritik atau memberi masukan kepada penjabat pusat maupun daerah, sedapat mungkin tidak kehilangan kelembutan dan kasih sayang antara sesama.

Menunjuk batang hidung seseorang di depan umum, apalagi di depan para anak buahnya, tentu sangat menyakitkan bagi yang bersangkutan. Tidak heran jika pada saatnya ia akan menimbulkan masalah, misalnya kesulitan yang diupayakan oleh pejabat yang dikritik pedas tadi. Semuanya harus serba terukur. Jangan sampai tindakan baik kita dinilai melampaui batas sehingga akan melahirkan sikap yang kontra produktif.

Topik Menarik