Harga Minyak Jatuh 2 Persen setelah Irak Pulihkan Produksi

Harga Minyak Jatuh 2 Persen setelah Irak Pulihkan Produksi

Ekonomi | idxchannel | Selasa, 9 Desember 2025 - 07:50
share

IDXChannel - Harga minyak turun sekitar 2 persen pada Senin (8/12/2025) setelah Irak memulihkan produksi di salah satu ladang minyaknya yang menyumbang 0,5 persen pasokan minyak dunia.

Sementara investor menimbang perkembangan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Kontrak berjangka (futures) Brent melemah 1,98 persen ke USD62,49 per barel. Minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 2 persen ke USD58,88 per barel.

Irak memulihkan produksi di ladang minyak West Qurna 2 milik Lukoil, salah satu yang terbesar di dunia, setelah kebocoran pipa ekspor sempat menekan output, menurut dua pejabat energi Irak kepada Reuters.

Harga sempat memangkas sebagian penurunan setelah sumber Reuters menyebut Irak telah menghentikan produksi di ladang tersebut, yang menghasilkan sekitar 460.000 barel per hari.

Kedua kontrak itu sebelumnya ditutup pada level tertinggi sejak 18 November.

“Jika ada kesepakatan terkait Ukraina dalam waktu dekat, ekspor minyak Rusia diperkirakan meningkat dan memberi tekanan turun pada harga minyak,” ujar analis pasar minyak PVM, Tamas Varga.

Pasar saat ini memperkirakan peluang 84 persen untuk pemangkasan seperempat poin pada pertemuan The Fed yang berlangsung Selasa-Rabu, menurut data LSEG.

Namun pernyataan beberapa anggota dewan menunjukkan pertemuan ini bisa menjadi salah satu yang paling sarat perbedaan pandangan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga arah kebijakan dan dinamika internal bank sentral menjadi sorotan investor.

Kemajuan pembicaraan damai Ukraina masih lambat, dengan perdebatan seputar jaminan keamanan bagi Kyiv dan status wilayah yang diduduki Rusia belum terselesaikan, sementara Presiden AS Donald Trump terus mendorong tercapainya kesepakatan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu para pemimpin Eropa di London pada Senin.

“Berbagai kemungkinan hasil dari dorongan terbaru Trump untuk mengakhiri perang dapat membuat perubahan suplai minyak lebih dari 2 juta barel per hari,” tulis analis ANZ dalam catatan kepada klien.

Setiap premi risiko geopolitik akan berhadapan dengan tanda-tanda surplus global yang meningkat, seiring kenaikan suplai OPEC+ dan non-OPEC yang melampaui pertumbuhan permintaan yang relatif moderat, menurut analis Aegis Hedging.

Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, mengatakan gencatan senjata menjadi risiko penurunan terbesar bagi prospek harga minyak, sementara kerusakan berkelanjutan pada infrastruktur minyak Rusia menjadi risiko kenaikan yang signifikan.

Sementara itu, negara-negara G7 dan Uni Eropa tengah membahas penggantian batas harga ekspor minyak Rusia dengan larangan penuh atas layanan maritim, menurut sumber Reuters.

Langkah itu kemungkinan akan semakin menekan pasokan dari produsen minyak terbesar kedua dunia.

AS juga meningkatkan tekanan terhadap Venezuela, anggota OPEC, termasuk serangan terhadap kapal yang disebut terlibat penyelundupan narkotika, serta wacana tindakan militer untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro. (Aldo Fernando)

Topik Menarik