Ramalan Jayabaya Adanya Bencana Dimana-mana hingga Banyaknya Pemimpin Jahat dan Tak Adil

Ramalan Jayabaya Adanya Bencana Dimana-mana hingga Banyaknya Pemimpin Jahat dan Tak Adil

Nasional | okezone | Jum'at, 26 April 2024 - 07:10
share

Prabu Jayabaya penguasa Kerajaan Kediri terkenal dengan ramalannya. Ramalan itu tercantum dalam Kitab Jangka Jayabaya yang begitu dikenal masyarakat. Konon ada ratusan bait kalimat ramalan pada gubahan kitab yang disebut peninggalan Jayabaya.

Total konon ada ratusan kalimat ramalan Jayabaya dimulai dari 'Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran' atau jika diartikan kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda, 'barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci', yang berarti yang jahat dijunjung - junjung, yang suci justru dibenci', hingga 'Selot-selote mbesuk wolak - waliking zaman teka', yang artinya lambat laun datanglah terbaliknya zaman.

Sementara ada sejumlah bait terakhir ramalan Jayabaya yang konon menggambarkan kondisi Pulau Jawa di kemudian hari. Beberapa ramalan seperti 'polahe wong Jawa kaya gabah diinteri, endi sing bener endi sing sejati, para tapa padha ora wani, padha wedi ngajarake piwulang adi, salah-salah anemani pati', yang artinya tingkah laku orang Jawa seperti padi ditampi mana yang benar mana yang asli para guru semua tidak berani takut menyampaikan ajaran yang benar salah-salah akan menemui ajalnya.

Kemudian dikisahkan juga pada "Misteri Ramalan Jayabaya : Siapa Pemimpin Selanjutnya di Negeri Ini?" Ada istilah di ramalan Jayabaya berbunyi 'banjir bandang ana ngendi-endi, gunung njeblug tan anjarwani tan angimpeni, gethinge kepathi-pati marang pandhita kang oleh pati geni, marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti,' yang berarti banjir besar di mana-mana gunung meletus tidak disangka-sangka, tidak ada isyarat dahulu benci setengah mati dengan pemimpin, yang senang bertapa tanpa makan dan minum, karena takut terbongkar rahasia diri yang sebenarnya.

Berikutnya disebutkan ramalan Jayabaya berbunyi 'pancen wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane sing lali, isih beja kang eling lan waspadha'.

Topik Menarik