Seniman Lukis Harus Naik Kelas

Seniman Lukis Harus Naik Kelas

Nasional | koran-jakarta.com | Minggu, 13 November 2022 - 15:24
share

JAKARTA - Seniman lukis yang berjuang di jalanan harus mendapatkan kesempatan untuk naik kelas. Harapan inilah yang disampaikan Yusuf Susilo Hartono, sebagai perupa, jurnalis senior, dan penyair di sela-sela pameran tunggalnya "AMONG JIWO: Pameran Retrospeksi 40 Tahun Berkarya Yusuf Susilo Hartono" di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.

Atas semangat itulah Yusuf tergerak hatinya untuk membuat workshop singkat terkait membuat sketsa di tengah pamerannya. Selama 4 hari pameran, ia menjamu coaching clinic para seniman lukis dari Brebes, Pasar Baru Jakarta, Blok M, Kota Tua Jakarta, Bekasi, hingga Depok, untuk berpartisipasi. Dalam workshop itu, Yusuf melatih para seniman lukis untuk merespon karya-karyanya yang tengah dipamerkan.

"Misalnya, sketsa maestro Affandi yang tengah memegang cangklong. Apa respon peserta setelah melihat karya tersebut? Hasil setiap peserta pasti berbeda-beda," kata Yusuf dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/11).

Ia mengaku, ingin melihat kebiasaan para seniman tersebut dalam membuat sketsa. Bisa saja, katanya, ada yang terbiasa menggunakan warna hitam. "Saya ingin mendorong agar mereka mencoba dengan warna-warna lain agar mereka keluar dari kebiasaan dan membangun kreativitas," lanjutnya.

Ia juga mengakui, seniman lukis jalanan pasti mendapatkan kendala. Momentum ini, Yusuf gunakan untuk mencari solusi atas kendala-kendala mereka.

"Agar setelah pulang mereka akan semakin semangat dan bisa naik kelas," tuturnya.

Sementara itu, Founder Yayasan Duta Indonesia Maju (YDIM), Lisa Ayodhia selaku pemrakarsa pameran ini mengungkapkan bahwa acara ini untuk menjawab kegelisahan para seniman yang tak kunjung mendapatkan kesempatan untuk naik kelas.

Menurut Lisa, ia akan mengarahkan dan memberikan masukan kepada para seniman agar tak putus asa dalam berkarya. Ia mencontohkan komunitas lukis dari Brebes, Jawa Tengah, yang begiru kreatif dan beragam.

"Bayangkan, satu kelompok itu tak ada yang sama lukisannya. Sangat beragam. Ini menarik," ceritanya.

Satu sisi, ada juga komunitas lukis di satu tempat yang karyanya seragam semua. "Kondisi seperti ini yang harus dibina," ujarnya.

Pameran "AMONG JIWO: Pameran Retrospeksi 40 Tahun Berkarya Yusuf Susilo Hartono" diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dari 9-13 November. Di pameran tersebut, Yusuf menampilkan sembilan zona seperti, Among Religiusitas; Among Diri, Keluarga dan Tanah Asal; Among Alam, Binatang, dan Tumbuhan; Among Perempuan; Among Reformasi; Among Kebebasan dan Seni Kontemporer; Among Manca Negara; Among Tradisi dan Warisan Kuno Kini; Among Demokrasi; dan Among Covid.

Pengunjung Museum Nasional menikmati karya-karya Yusuf di sembilan zona tersebut. Sebut saja Among Diri, Keluarga dan Tanah Asal. Di situ Yusuf menggambarkan Lanskap Bojonegoro pada 1982, kota kelahiran dan tempat Yusuf dibesarkan.

Tak sampai di situ, di Among Demokrasi, Yusuf melukiskan wajah mantan presiden Amerika, Obama yang tengah menjadi orang Jawa. Masih di zona ini, ia juga melukiskan Presiden Joko Widodo, Megawati, hingga Prabowo. Terkini, ada lukisan Anies Baswedan yang dijuduli "Pangeran Biru".

Selain keindahan lukisan dan sastra, masyarakat juga bisa menikmati artefak memorabilia milik Yusuf Susilo Hartono seperti, mesin tik tua, kamera manual, tape recorder, pager, telepon genggam, manuskrip puisi, ID Card, buku-buku miliknya yang menjadi saksi selama empat dekade.

Topik Menarik