Wabah PMK Menyebar di 12 Daerah Jatim, Sebagian Sudah Sembuh

Wabah PMK Menyebar di 12 Daerah Jatim, Sebagian Sudah Sembuh

Nasional | jawapos | Selasa, 17 Mei 2022 - 17:48
share

JawaPos.com Persebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak, khususnya sapi, di wilayah Jatim belum mereda. Hingga Senin, wabah itu sudah ditemukan di 12 daerah.

Sejauh ini, kebijakan pembatasan peredaran hewan ternak masih berlangsung di berbagai daerah. Jumlah pasar hewan yang ditutup sementara juga bertambah. Yang agak melegakan, sebagian sapi yang sempat terjangkit kini sudah sembuh.

Berdasar data yang dihimpun Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim hingga awal pekan ini, sedikitnya ada 2.226 hewan ternak yang terinfeksi PMK. Temuan itu tersebar di 12 kabupaten/kota di provinsi ini. Terbanyak di Gresik, Sidoarjo, serta Mojokerto.

Sementara itu, di sejumlah daerah, wabah PMK mengalami tren kenaikan. Sebagaimana di Magetan. Tercatat ada 25 hewan ternak yang dinyatakan positif PMK. Kemarin pemkab setempat akhirnya memutuskan untuk memberlakukan lockdown alias menutup sementara delapan pasar hewan di kabupaten tersebut.

Ditutup sampai wabah PMK mereda, kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Magetan Nur Haryani, Senin (16/5).

Delapan pasar yang diputuskan dikuntara, antara lain, pasar hewan di Panekan; Parang; Plaosan; Barat; Kawedanan; dan Maospati. Juga, dua pasar hewan di Ngariboyo. Selain itu, akses keluar masuk ternak ditutup. Yakni, jalur dari Madiun dan Ponorogo.

Di Probolinggo, wabah PMK masih mengalami tren kenaikan. Jika sebelumnya hanya ditemukan di tiga kecamatan (Wonomerto, Bantaran, dan Kuripan), kini menyebar di tiga kecamatan lain. Ada tambahan wilayahnya, yakni Leces, Maron, dan Dringu, kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Probolinggo Yahyadi.

Yang melegakan, sebagian hewan ternak yang sempat terpapar PMK kini dinyatakan sembuh. Proses pemantauan dan penanganan terus kami lakukan, ujarnya.

Sementara itu, PPDS Jatim berharap wabah tersebut bisa segera diatasi. Sebab, fenomena tersebut benar-benar membuat para peternak kelimpungan. Mereka mulai sulit menjual ternak-ternak mereka.

Selain itu, masalah lain muncul. Mereka sulit mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang jadi syarat agar hewan ternak mereka bisa dikirim ke rumah pemotongan hewan (RPH).

Ketua PPSDS Jatim Muthowif menyatakan, masalahnya ada pada keterbatasan petugas. Layanan yang dibuka hingga pukul 16.00 di beberapa daerah menyulitkan pedagang. Karena banyak pasar sapi di daerah justru buka setelah asar. Bahkan, di Lumajang, pasar baru buka setelah magrib, katanya.

Karena itu, kata Muthowif, pihaknya segera menyampaikan problem-problem itu pada Dinas Peternakan (Disnak) Jatim. Khususnya dalam meminta adanya percepatan penyelesaian wabah PMK. Dengan demikian, krisis sapi bisa segera terkendali.

Saat Ini Harga Masih Stabil, Entah Besok

Sejauhini, wabah PMK yang menyerang sejumlah hewan ternak belum berimbas pada stok maupun harga daging di pasaran. Situasinya masih cukup normal.

Namun, jika situasi itu tak segera teratasi, kelangkaan maupun lonjakan harga komoditas tersebut ibarat bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu. Situasi itu pulalah yang bikin peternak makin gelisah.

Di wilayah Jatim, harga daging sapi memang masih cukup stabil. Meskipun mulai fluktuatif sejak sepekan terakhir. Misalnya, kemarin harga rata-ratanya berada di kisaran Rp 119.311 per kilogram. Naik dibandingkan sehari sebelumnya Rp 119.024 per kilogram.

Ketua Asosiasi Pengusaha Daging dan Ternak (Aspednak) Pusat Isa Ansori mengaku lega karena stok maupun harga daging masih stabil. Namun, situasi itu berpotensi berubah. Sebab, wabah PMK masih menyebar ke berbagai daerah. Dampak ekonominya sangat mungkin bisa terjadi beberapa hari ke depan, ungkapnya.

Sebab, saat ini makin banyak peternak yang peliharaannya terjangkit PMK. Dampaknya, jumlah sapi yang akan disembelih dan dikirim ke pasar berkurang. Perlahan, stok daging berkurang sehingga harga berpotensi terus meningkat. Belum lagi, Hari Raya Idul Adha makin dekat. Kebutuhan terhadap sapi diperkirakan masih sangat besar, kata Isa.

Di sisi lain, para peternak sapi sudah lama mempersiapkan diri untuk menyambut momen tahunan tersebut. Mereka berinvestasi untuk memelihara dan menggemukkan sapi. Tujuannya, bisa panen saat Hari Raya Kurban itu. Kami berharap, pemerintah mampu mengatasi masalah ini lebih cepat, ujar dia.

Topik Menarik