Tradisi Tiu Desa Jantuk saat Idulfitri

Tradisi Tiu Desa Jantuk saat Idulfitri

Gaya Hidup | mataram.inews.id | Jum'at, 19 April 2024 - 14:10
share

LOMBOK TIMUR,iNewsMataram.id-Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Lombok juga kaya akan tradisi unik di berbagai wilayah.

Tak ayal, tradisi yang sudah mengakar ratusan tahun ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong ataupun warga sekitar.

Salah satunya tradisi Tiu di Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur.

Tradisi ini konon sudah dilakukan sejak nenek moyang mereka. Warga di desa tersebut merupakan keturunan Jantuk di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

Tiu merupakan sebuah bendungan yang biasa digunakan untuk memandikan kuda sebelum salat Idulfitri.

Kuda-kuda yang ditunggangi berjalan beriringan itu seperti pawai. Sebagian besar masyarakat Jantuk memang mendapatkan penghasilan dari beternak kuda.

Seiring perkembangan zaman, tradisi itu terus dilestarikan masyarakat Jantuk. Warga setempat, baik pria maupun wanita, sama-sama keluar membawa kuda tunggangannya.

Ratusan kuda tersebut berasal dari berbagai daerah di Pulau Lombok yang disewa kisaran Rp3 juta hingga Rp3,5 juta. Selain kuda-kuda milik masyarakat sendiri.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) M Fauzan Zain mengatakan, sekitar 200 kuda digunakan dalam tradisi tahun ini.

"Kita rata-ratakan, kalau Rp3 juta harga sewa kuda, berarti sekitar Rp600 juta yang dikeluarkan untuk tradisi Tiu ini. Itu dari dana pribadi sendiri para penyewa," ujar Fauzan, Rabu (10/4/2024) sore.

Kuda-kuda yang digunakan diambil setelah selesai salat Idulfitri. Kemudian, pemerintah desa menjadwalkan parade atau pawai pada sorenya (1 Syawal) dan dilanjutkan keesokannya (2 Syawal), yang dimulai pukul 16.00 hingga pukul 17.30 Wita.

"Tanggal 1 Syawal parade atau pawai, baru 2 Syawal berkuda yang disaksikan ratusan masyarakat," katanya.

Rute-rute yang akan dilalui saat berkuda, yakni di jalur utama jalanan pedesaan, yang dimulai dari Timur ke Barat. Tentu saja tradisi itu disaksikan warga yang memadati pinggir jalan pedesaan.

Momen tahunan inilah yang selalu dirindukan masyarakat di luar Desa Jantuk sehingga setiap tahun mereka mudik untuk menyaksikan budaya berkuda itu.

"Inilah simbol kebersamaan dan silaturahmi. Semua warga Jantuk di luar daerah mudik dan datang menyaksikan ini," tandasnya. (*)

Topik Menarik