Di Hadapan Mahasiswa, Menhan Sjafrie Sebut Bencana Sumatera karena Kegagalan Menjaga Hutan
MAKASSAR, iNews.id - Indonesia dinilai tidak hanya berhadapan dengan ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam. Korupsi, under invoicing (modus pelanggaran dengan memberitahukan harga di bawah nilai transaksi), hingga pengelolaan sumber daya alam yang ilegal.
Pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin saat mengisi kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (9/12/2025).
Dalam pengarahan yang menyorot keterkaitan erat antara pertahanan negara dan ketahanan ekonomi, Sjafrie mengingatkan bahwa mahasiswa sebagai penjuru masa depan harus memelihara semangat kenegarawanan dan menjadi garda koreksi bagi praktik-praktik yang merusak kedaulatan ekonomi.
“Kalau negara kaya, dia harus punya tentara yang kuat. Kalau tidak kuat tentaranya sama dengan rumah. Tidak ada yang jaga, orang keluar masuk bawa harta karun dari dalam rumah,” ujar Sjafrie.
Dia menegaskan, defense supporting economy bukan jargon, melainkan kebutuhan strategis untuk memastikan kekayaan alam benar-benar kembali kepada rakyat.
Di hadapan audiens, dia juga menyoroti persoalan pengelolaan sawit ilegal, lemahnya pengawasan di pelabuhan dan bandara, serta praktik under-invoicing yang menurutnya telah menggerus kas negara bertahun-tahun.
“Bayangkan adik-adik mahasiswa, begitulah kedaulatan ekonomi kita sekarang diancam orang, tapi juga pakai bangsa sendiri. Itu under-invoicing selama 20 tahun,” ucapnya.
Dia mengajak mahasiswa untuk berani mengoreksi kebohongan yang merugikan negara. “Anda boleh menyalahkan kami, tapi Anda tidak boleh salah untuk ke depan. Perbaiki,” katanya.
Selain itu, dia juga mengaitkan bencana alam di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara dengan kegagalan menjaga hutan lindung.
“Para mahasiswa harus ingat bahwa hutan lindung di Indonesia itu harus dijaga Tuhan sudah memperingatkan kita dengan kejadian di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara bahwa kita tidak menjaga hutan lindung. Apa yang terjadi? Terjadilah longsor, banjir, dan memakan 961 jiwa bangsa Indonesia. Ini adalah siapa? Kesalahan kita. Kita tidak jaga sistem kita,” ucapnya.
Dia menguraikan tiga aliran bernegara, ideologis, ekonomis dan realistis seraya menekankan pentingnya aliran survival dalam menghadapi kenyataan yang kompleks.
“Aliran realistis itu adalah kita tahu apa yang terjadi, tapi kita harus tahu bagaimana kita mempertahankan supaya kedaulatan ekonomi kita, kedaulatan politik kita tetap bisa kita jaga. Itulah yang disebut aliran survival,” katanya.
Menhan juga menyinggung pembenahan birokrasi sebagai fondasi tata kelola negara. “Birokrasi kita itu bukan lambat-lambat asal kelakon, tapi lambat-lambat masuk jurang. Jadi kita harus perbaiki semua ini adalah tanggung jawab kita memperbaiki sistem baik sistem ekonomi maupun sistem di dalam kemasyarakatan kita,” ucapnya.
Di bidang pertahanan, Sjafrie memaparkan implementasi kebijakan sejak 2024 yang disebut Perisai Trisula Nusantara, yang menurutnya bukan untuk mengembalikan militarisme atau dwifungsi.
“Perisai Trisula Nusantara ini bukan untuk mengembalikan militarisme, bukan untuk mengembalikan dwifungsi. Ini dalam menjaga NKRI. Kita memperkuat kekuatan di darat, di laut dan di udara,” katanya.
Di akhir, Sjafrie mengajak mahasiswa membersihkan hati dan menolak korupsi sebagai bagian dari pengabdian kepada negara. “Bersihkan hatimu, ikhlaskan dirimu bahwa korupsi ini membahayakan bangsa dan negara,” ucapnya sembari menegaskan tujuan besar menjaga keberlanjutan ekonomi, menegakkan kedaulatan dan memastikan kemerdekaan benar-benar dinikmati rakyat.










