Harga Minyak Dunia Turun Sepanjang Pekan Ini
IDXChannel - Harga minyak dunia bergerak naik tipis pada Jumat (19/12/2025) di tengah kekhawatiran potensi gangguan pasokan akibat kemungkinan blokade Amerika Serikat (AS) terhadap kapal tanker Venezuela.
Di saat yang sama, pasar masih menanti perkembangan terbaru terkait peluang kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Kontrak berjangka (futures) minyak Brent naik 1,1 persen dan ditutup di USD60,47 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 0,9 persen ke USD56,66 per barel pada Jumat lalu.
Meski menguat pada akhir pekan, baik Brent maupun WTI masih mencatatkan penurunan sekitar 1 persen secara mingguan, setelah anjlok sekitar 4 persen pada pekan sebelumnya.
Di pasar energi lainnya, penurunan harga kontrak berjangka bensin AS ke level terendah dalam empat tahun terakhir menekan crack spread bensin dan 3-2-1, yang menjadi indikator margin keuntungan kilang, ke posisi terendah sejak Februari.
“Kompleks minyak mencatatkan kenaikan kecil dan mampu bertahan di atas level terendah awal pekan ini, sembari menunggu arahan lebih lanjut terkait perundingan damai Ukraina-Rusia serta kabar terbaru dari Venezuela mengenai potensi dampak blokade tanker oleh Trump,” tulis analis firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam catatannya, dikutip Reuters.
Seiring Presiden AS Donald Trump mendorong berakhirnya konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II, tekanan kini berada di pihak Ukraina dan Eropa untuk mengambil langkah berikutnya menuju perdamaian.
Para pemimpin Uni Eropa pada Jumat memutuskan untuk meminjam dana guna menyalurkan pinjaman sebesar 90 miliar euro atau sekitar USD105 miliar kepada Ukraina, guna mendanai pertahanan negara itu selama dua tahun ke depan.
Langkah ini dipilih ketimbang menggunakan aset kedaulatan Rusia, yang memicu perbedaan pandangan di internal blok tersebut.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat tidak menunjukkan kompromi atas syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang di Ukraina, bahkan menuduh Uni Eropa mencoba melakukan ‘perampokan di siang bolong’ terhadap aset Rusia.
Sementara itu, Ukraina untuk pertama kalinya menyerang sebuah kapal tanker minyak milik ‘armada bayangan’ Rusia di Laut Mediterania menggunakan drone udara, menurut seorang pejabat pada Jumat.
Serangan ini mencerminkan meningkatnya intensitas serangan Kyiv terhadap pengapalan minyak Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan kepada wartawan, AS tidak mengkhawatirkan eskalasi dengan Rusia terkait Venezuela, seiring pemerintahan Trump memperkuat kehadiran militernya di kawasan Karibia.
Trump, dalam wawancara dengan NBC News, mengatakan bahwa dirinya masih membuka berbagai kemungkinan langkah ke depan.
Analis IG Tony Sycamore mengatakan, ketidakpastian mengenai bagaimana AS akan menegakkan niat Trump untuk memblokade kapal tanker yang terkena sanksi agar tidak masuk dan keluar dari Venezuela turut membatasi premi risiko geopolitik.
Venezuela, yang memproduksi sekitar 1 persen dari pasokan minyak global, pada Kamis mengizinkan dua pengapalan minyak yang tidak terkena sanksi untuk berlayar menuju China, menurut dua sumber yang mengetahui operasi ekspor minyak negara tersebut.
Data pelacakan kapal menunjukkan sebuah tanker yang terkena sanksi dan membawa sekitar 300.000 barel nafta dari Rusia memasuki perairan Venezuela pada Kamis malam.
Sementara itu, tiga kapal lain yang juga berada di bawah sanksi menghentikan pelayaran atau mulai mengalihkan rute di Samudra Atlantik.
Pada Jumat, AS juga menjatuhkan sanksi kepada anggota keluarga dan sejumlah rekan Presiden Venezuela Nicolas Maduro serta istrinya, sebagai bagian dari upaya Washington meningkatkan tekanan terhadap pemimpin Venezuela tersebut. (Aldo Fernando)









