Kelas Menengah Bawah Jadi Kelompok Paling Rentan Terhadap Tekanan Ekonomi
IDXChannel - Ketua Bidang Riset dan Kajian Ekonomi dan Perbankan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Aviliani, mengatakan kelompok masyarakat kelas menengah bawah masih menjadi golongan yang paling rentan terhadap tekanan ekonomi.
Aviliani menjelaskan, pembagian daya beli masyarakat dapat dilihat melalui tiga kelompok besar. Kelompok pertama merupakan masyarakat berpenghasilan menengah atas dan atas.
Kemudian kelompok kedua adalah masyarakat kelas menengah bawah. Dan kelompok ketiga adalah kelompok berpendapatan rendah.
Menurutnya, kelompok menengah bawah, yang ditandai sebagai kelompok kuning, menjadi pihak yang mengalami tekanan paling besar.
"Kelompok kuning ini yang paling kena masalah sebenarnya. Kalau yang bawah (kelompok berpendapatan rendah) ini cenderung kita lihat pendapatannya justru naik. Kenapa? Karena BLT (Bantuan Langsung Tunai) makin banyak, subsidi juga makin besar," ujarnya dalam CEO Forum Economic Outlook 2026, Rabu (10/12/2025).
Dia menambahkan, peningkatan jumlah kelompok masyarakat menengah bawah banyak dari mereka yang terdampak PHK, terutama di sektor padat karya. Para pekerja tersebut kemudian turun ke sektor informal, sehingga jumlah masyarakat kelas menengah bawah meningkat.
"Nah ini bahaya, kalau makin banyak yang kuning (menengah bawah) tidak tertangani oleh Pemerintah karena tidak dapat BLT dan tidak dapat subsidi. Nah inilah cenderung yang paling bermasalah. Dan ini yang paling bahaya kalau tidak ditingkatkan pendapatannya. Ini yang membuat social unrest bisa terjadi di kelas ini," kata Aviliani.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih mampu berada di kisaran 5 persen sebagian besar ditopang kelompok menengah atas.
Aviliani pun menekankan pentingnya perhatian khusus pemerintah terhadap kelompok menengah bawah agar jumlahnya tidak terus melebar.
"Jadi ini PR-nya pemerintah, karena kalau kita lihat kenapa kita masih tetap bisa tumbuh 5 persen, karena 53 persen yang biru itu masih didominasi oleh menengah atas. Ini biasanya orang yang tidak banyak kena dampak terhadap inflasi, terhadap berbagai hal, karena mereka pendapatannya kalau krisis makin tinggi, bunga makin tinggi berarti pendapatannya makin tinggi," kata Aviliani.
(NIA DEVIYANA)










