Kinerja Tertekan Harga Batu Bara, Analis Soroti Saham AADI
IDXChannel - PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) membukukan kinerja yang stabil dalam sembilan bulan pertama 2025, meski pendapatan dan laba masih tertekan akibat penurunan harga batu bara.
Perseroan mencatat, pendapatan sebesar USD1,21 miliar pada kuartal III-2025, turun 2,1 persen secara kuartalan dan terkoreksi 13,2 persen secara tahunan.
Secara kumulatif, pendapatan hingga September 2025 mencapai USD3,61 miliar atau turun 10,9 persen YoY, setara 70,5 persen dari estimasi Phintraco untuk tahun penuh 2025.
Penurunan ini sebagian besar berasal dari segmen inti pertambangan dan perdagangan batu bara yang turun 2,1 persen QoQ menjadi USD1,16 miliar. Segmen lain juga melemah signifikan, dengan pendapatan hanya USD5 juta atau anjlok 33,3 persen QoQ.
Dari sisi pasar, pendapatan ekspor turun 14,3 persen YoY menjadi USD2,78 miliar, sejalan dengan lemahnya permintaan global dan penurunan harga jual rata-rata (ASP). Sebaliknya, pasar domestik mencatat pertumbuhan 3 persen YoY menjadi USD824 juta hingga kuartal III-2025.
Sejalan dengan melemahnya pendapatan, beban pokok pendapatan turun 9 persen YoY menjadi USD2,67 miliar. Penurunan ini didorong oleh biaya penambangan yang turun 1,9 persen YoY menjadi USD1,18 miliar, dan royalti kepada pemerintah yang jatuh 31,2 persen YoY menjadi USD550 juta.
Meski demikian, penurunan biaya belum mampu menahan koreksi profitabilitas. Laba kotor turun 15,8 persen YoY menjadi USD943 juta, sementara beban operasional menurun 15 persen YoY menjadi USD172 juta.
Penurunan paling tajam terjadi pada EBITDA yang merosot 34,8 persen YoY menjadi USD811 juta. Penyebab utama adalah anjloknya pendapatan lain-lain sebesar 88 persen YoY menjadi USD39 juta setelah pelepasan kepemilikan AADI di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 2024.
Kontribusi laba dari entitas asosiasi juga turun drastis 94,4 persen YoY menjadi USD4 juta, turut menyeret laba sebelum pajak yang terkoreksi 39,1 persen menjadi USD813 juta.
Laba bersih hingga kuartal III-2025 tercatat USD587 juta, anjlok 45,4 persen YoY meski beban pajak turun 5,7 persen YoY menjadi USD158 juta. Hal ini menyebabkan margin laba bersih menyempit dari 26,5 persen menjadi 16,3 persen.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya, Kamis (4/12/2025) memperkirakan harga acuan batu bara global tetap tertekan di bawah USD110 per ton. Walaupun permintaan dari China dan India masih kuat, beberapa faktor yang membayangi antara lain meningkatnya suplai dari produsen utama, turunnya konsumsi batu bara di negara maju, dan normalisasi harga gas alam.
China sebagai pasar batu bara terbesar diproyeksikan mengurangi impor ke kisaran 470-500 juta ton hingga akhir 2025 akibat penurunan harga domestik. Kondisi ini membuat ekspor AADI berpotensi melemah, terutama dari sisi ASP.
Phintraco memproyeksikan pendapatan AADI sepanjang 2025 turun 3,8 persen YoY menjadi USD5,12 miliar. Meski kinerja masih tertekan, AADI dinilai masih berada dalam jalur yang sesuai proyeksi. Phintraco mempertahankan rekomendasi Buy dengan nilai wajar Rp10.200 per saham.
Saat ini AADI diperdagangkan pada PBV 1,03x, lebih rendah dari rata-rata satu tahun sebesar 1,08x, sehingga dinilai masih menyimpan potensi penguatan jika harga batu bara membaik atau biaya produksi lebih efisien.
(DESI ANGRIANI)










