Laba KFC (FAST) 2027 Diproyeksi Positif, Masuknya Shankara Fortuna Jadi Katalis Baru
IDXChannel - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang waralaba KFC dan Taco Bell memasuki fase ekspansi baru setelah mendapatkan dukungan dari PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN).
Perusahaan ini sebelumnya telah memiliki pondasi kuat dengan struktur kepemilikan oleh Grup Gelael (41,2 persen) dan Grup Salim melalui DNET (37,5 persen), yang telah bersinergi sejak 1990.
Masuknya SFN melalui kepemilikan di Jagonya Ayam Indonesia sekitar 35 persen, memberi sentimen positif terhadap percepatan turnaround FAST.
Analis Samuel Sekuritas, Jonathan Guyadi menilai, dengan dukungan pemegang saham yang kuat dan sinergi baru dari SFN, FAST berada di jalur yang tepat untuk memperbaiki profitabilitas sekaligus mengakselerasi ekspansi.
"Kolaborasi baru dengan PT SFN memberikan sentimen segar dan positif, sekaligus membantu memastikan keberlanjutan proses pemulihan kinerja FAST," tulis Jonathan dalam risetnya, Jumat (5/12/2025).
Ke depan, FAST menargetkan perluasan jaringan ritel melalui strategi pembukaan dan relokasi gerai terutama di wilayah yang selama ini kurang terpenetrasi, seperti kota tier-2 dan area hub.
Hingga 2024, FAST mengoperasikan 715 gerai di 36 provinsi dan 173 kota. Sekitar 70 persen outlet QSR nasional masih terkonsentrasi di kota tier-1, sehingga potensi pertumbuhan dinilai masih sangat besar.
FAST membidik pembukaan 50-70 gerai baru setiap tahun, dengan target mencapai 1.000 outlet pada 2030. Apabila strategi ini berjalan sesuai rencana, pendapatan FAST diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 11 persen pada 2026-2030, didorong oleh peningkatan produktivitas gerai serta pertumbuhan SSSG berkelanjutan sekitar 2 persen.
Di sisi profitabilitas, margin EBIT FAST diperkirakan kembali pulih menuju 4 persen pada 2030, sejalan dengan efisiensi operasional, pelonggaran tekanan biaya, dan optimalisasi lokasi gerai.
Dengan perbaikan tersebut, laba bersih FAST diprediksi kembali positif pada 2027, dengan CAGR tiga tahun mencapai 41,3 persen hingga menyentuh Rp302 miliar pada 2030.
FAST diversifikasi ke bisnis perunggasan
Perseroan juga melangkah ke bisnis perunggasan terpadu melalui entitas anak, yang dinilai dapat membuka sumber pendapatan baru sekaligus menekan biaya bahan baku. Integrasi rantai pasok ayam broiler berpotensi mengurangi harga pokok 8-13 persen dalam jangka panjang.
Jonathan memproyeksikan bisnis perunggasan yang mulai beroperasi pada 2027 ini memberi tambahan pendapatan sekitar Rp853 miliar, dengan proyeksi CAGR lima tahun (2027-2032) sebesar 5,2 persen, seiring peningkatan kapasitas produksi dan permintaan yang tetap solid.
Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi Spec-BUY untuk saham FAST dengan target harga Rp1.000, mencerminkan potensi kenaikan 98 persen dari level saat ini.
"Valuasi tersebut menggunakan multiple P/S 0.9x, sejalan dengan emiten regional yang lebih besar," ujar Jonathan.
Selain potensi pertumbuhan organik, FAST juga dinilai memiliki peluang masuk ke MSCI Small Cap Index jika kapitalisasi pasar meningkat hingga sekitar Rp4,6 triliun, atau setara Rp4.800 per saham.
Namun, beberapa risiko perlu dicermati, antara lain pelemahan daya beli, ketidakpastian geopolitik termasuk dampak boikot terhadap merek global, dan volatilitas harga bahan baku.
(DESI ANGRIANI)










