Tersangka Pembunuh Bayaran Israel Ditangkap di Malaysia, Bawa 6 Senjata Api

Tersangka Pembunuh Bayaran Israel Ditangkap di Malaysia, Bawa 6 Senjata Api

Global | sindonews | Sabtu, 30 Maret 2024 - 09:45
share

Polisi Malaysia menangkap seorang warga Israel bersenjata lengkap yang diyakini para penyelidik mungkin adalah pembunuh bayaran Mossad dan anggota jaringan mata-mata yang lebih besar.

Tersangka baru-baru ini tiba di negara tersebut dengan paspor Perancis dan mengklaim dia datang untuk membunuh sesama warga Israel dalam perselisihan keluarga.

Penangkapan tersebut disampaikan Irjen Polisi Razarudin Husain saat jumpa pers, Jumat (29/3/2024).

Tersangka berusia 36 tahun memasuki Malaysia pada 12 Maret dan menginap di sebuah hotel di ibu kota Kuala Lumpur pada saat penangkapannya.

“Saat diinterogasi, tersangka menunjukkan paspor lain yang dikeluarkan Israel. Keenam senjata api itu ditemukan di dalam tas di kamar hotelnya,” papar Husain.

Tersangka dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa dia datang ke negara itu untuk mencari dan membunuh sesama warga negara Israel, dengan alasan “masalah keluarga” sebagai motifnya.

Namun, Husain mencatat pria tersebut menolak membocorkan informasi tentang pekerjaannya, dan mengatakan penyelidik tidak dapat mengesampingkan bahwa tersangka terkait dengan badan intelijen Israel, Mossad.

“Kami tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang disampaikan tersangka ini kepada kami, mungkin dia punya agenda lain karena dia sudah berada di sini sejak 12 Maret. Kami menemukan senjata itu dibeli menggunakan cryptocurrency,” ungkap pejabat itu.

Baca juga: 125.000 Warga Palestina Hadiri Salat Jumat di Masjid Al-Aqsa Meski Dibatasi Israel

Polisi kini sedang menyelidiki bagaimana sebenarnya persenjataan tersebut, termasuk berbagai jenis pistol, telah diselundupkan ke negara tersebut.

“Polisi juga menyita sekitar 200 butir amunisi, sementara tiga senjata di antaranya berisi peluru,” ungkap pejabat itu.

Penyelidikan juga meyakini tersangka pembunuh bayaran kemungkinan besar mempunyai kaki tangan di negara tersebut dan mungkin merupakan anggota kelompok yang lebih besar.

“Kami belum mengidentifikasi yang lainnya. Keaslian paspornya juga akan kami periksa ke Kedutaan Besar Prancis,” papar Irjen.

Sejauh ini, baik Prancis maupun Israel belum memberikan komentar publik mengenai masalah ini.

Topik Menarik