Harga Minyak Mentah Tembus US$100/Barel, Tertinggi Sejak 2014

Harga Minyak Mentah Tembus US$100/Barel, Tertinggi Sejak 2014

Global | katadata.co.id | Kamis, 24 Februari 2022 - 13:33
share

Harga minyak mentah dunia dan emas melonjak tajam menyusul operasi militer Rusia ke Ukraina. Harga minyak mentah bahkan tembus ke level US$100/barel, rekor tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Kamis (24/2) mengumumkan operasi militer khusus ke wilayah DonbassUkraina. Dia meminta militer Ukraina untuk menjatuhkan senjata dan pulang ke rumah.
Pernyataan Putin sekaligus "menyatakan" perang terhadap Ukraina.

Pernyataan Putin tersebut langsung melambungkan harga komoditas, terutama minyak mentah dan emas.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah Brent melonjak 3,5% ke US$100 per barel, level tertingginya sejak September 2014.

Sementara,West Texas Intermediate (WTI) melonjak 4,6% ke $96,22 per barel, rekor tertinggi sejak Agustus 2014.

Kenaikan harga tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dua tahun lalu. Merujuk pada data Kementerian ESDM, rata-rata harga ICP pada Februari 2020, hanya berada di level US$ 56,61 per brrel. ICP Februari 2021 juga masih di ksiaran US$60,36 per barel.

Harga emas di pasar spot sempat menyentuh US$1.942,8 per troy ounce, naik 1,77%. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2021.

Krisis Rusia- Ukraina telah memicu volatilitas di pasar global dalam beberapa pekan terakhir, menaikkan harga energi yang disebabkan kekhawatiran konflik dapat mengganggu rantai pasok.

Rusia merupakan salah satu produsen terbesar minyak mentah di dunia sementara Ukraina adalah produsen uranium.

Rusia adalah eksportir terbesar kedua minyak mentah di dunia setelah Arab Saudi. Negara tersebut juga menjadi eksportir terbesar gas alam.

"Kita lihat harga terus naik. Investor mengkhawatirkan akan berkurangnya pasokan,"Tina Teng, analis market dariCMC Markets.

Serangan Rusia ke Ukraina ini akan semakin meningkatkan ketidakpastian perekonomian global. Pada tahun ini, pemulihan ekonomi juga dibayang-bayangi meroketnya inflasi serta pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (Fed).

Kenaikan harga minyak dikhawatirkan akan semakin melambungkan inflasi karena bisa mendongkrak tarif transportasi, harga makanan, hingga BBM.

Dana Moneter Internasional (IMF) telag menaikan proyeksi Indek Harga Konsumen dunia menjadi 3,9% pada tahun ini, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya (2,3%).

"Kenaikan harga minyak akan semakin meningkatkan tekanan bank sentral di seluruh dnia untuk mempercepat pengetatan kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga secara agresif. Langkah itu diambil untuk menekan inflasi, tutur Chua Hak Bin, ekonom senior Maybank di Singapore.

Lonjakan harga minyak ikut menyeret kenaikan bahan bakar fosil lain. Padahal bahan bakar fosil seperti minyak mentah, gas alam, dan batu bakar memasok 80% dari kebutuhan energi dunia.

Topik Menarik