Perekonomian Indonesia Triwulan II Diselamatkan Momentum Lebaran, Selanjutnya Bagaimana?

Perekonomian Indonesia Triwulan II Diselamatkan Momentum Lebaran, Selanjutnya Bagaimana?

Gaya Hidup | netralnews.com | Minggu, 7 Agustus 2022 - 18:06
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2022 tumbuh tinggi ditopang momentum bulan Ramadhan dan Lebaran yang mendongkrak konsumsi. Pertumbuhan ekonomi triwulan II yang mencapai 5,4 persen secara year on year (yoy), lebih tinggi ketimbang yang diharapkan pemerintah memang patut diapresiasi.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyatakan, faktor lain yang turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi ialah masyarakat diizinkan untuk mudik, bahkan total pemudik mencapai rekor lebih besar dibandingkan tahun 2019.

Selain itu, kebijakan pemerintah memperpanjang periode libur Lebaran menjadi dua minggu juga mempengaruhi kenaikan persentase ekonomi sehingga berimplikasi positif dalam konteks mendorong konsumsi masyarakat, yakni mencapai 5,151 persen yoy pada triwulan II/2022 atau meningkat dari triwulan I/2022 yang sebesar 4,34 persen.

Dari sisi sektoral, akselerasi kinerja transportasi dan pergudangan yang bertumbuh 21,27 persen atau lebih tinggi dari triwulan I/2022 sebesar 15,79 persen menjadi bukti tambahan bahwa Lebaran menjadi penyelamat ekonomi.

Tapi kita juga ingatkan jangan terlalu euforia dulu karena tantangan-tantangan triwulan III dan IV cukup besar, terutama triwulan III di mana momentum kemewahan musiman, entah itu hari raya keagamaan atau event-event besar lainnya relatif jarang dan ini tentu akan berimplikasi kepada kinerja perekonomian, kata Eko.

Tren inflasi yang terus meninggi dari bulan ke bulan turut menjadi tantangan karena adanya inflasi menggerus daya beli dan membuat konsumsi menjadi lesu kembali.

Jika pertumbuhan ekonomi di triwulan III dan IV bisa dipertahankan di angka 5,44 persen saja sudah sangat bagus. Tetapi, lanjutnya, kemungkinan triwulan III dan IV akan lebih rendah dari pada triwulan II karena tak ada momentum hari raya Lebaran atau Natal di triwulan IV/2022, ungkapnya.

Tantangan ke depan

Eko mengatakan, memasuki triwulan III/2022, empat sektor dominan yang paling berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu industri, pertambangan, pertanian dan perdagangan.

Hal tersebut menimbang kinerja keempat sektor itu terhadap PDB masih lamban karena hanya bertumbuh secara rata-rata yakni 4 persen year on year (yoy) atau di bawah pertumbuhan ekonomi triwulan II/2022 yang sebesar 5,44 persen yoy.

Yang tumbuh kemarin sebenarnya sektor-sektor enabler atau pendukung, adapun sektor utamanya belum pulih banget. Ini gambaran bagaimana kalau kita tidak dorong sektor dominannya, maka rentan perekonomian, kata Wakil Direktur Indef.

Adanya ketidakpastian global terutama perihal geopolitik, seperti perang antara Rusia dengan Ukraina, menambah tantangan perekonomian triwulan III dan IV tahun 2022.

Belum lagi ditambah provokasi Amerika Serikat (AS) dengan datang ke Taiwan, yakni Ketua DPR-nya (Nancy Pelosi). Singkat cerita, ini menimbulkan ketidakpastian yang lebih tinggi lagi, geopolitik yang memanas tadinya hanya di Eropa sekarang bergeser ke Asia, ujar dia.

Dari sisi keuangan, agresivitas kenaikan suku bunga acuan The Fed disebut masih bakal berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di AS mereda. Paman Sam menargetkan agresivitas akan dihentikan jika inflasi AS mencapai 2 persen, sementara kini berada di posisi lebih dari 9 persen.

Dengan demikian, sebut Eko, tahun depan diperkirakan masih ada kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang kemungkinan berimplikasi terhadap volatilitas di sektor keuangan.


Topik Menarik