Terungkap, Ini Jenis Makanan yang Paling Berisiko Terpapar BPA

Terungkap, Ini Jenis Makanan yang Paling Berisiko Terpapar BPA

Gaya Hidup | BuddyKu | Senin, 30 Mei 2022 - 17:56
share

JAKARTA, iNews.id - Memilih makanan sehat dan segar menjadi pilihan banyak orang. Terutama, makanan tersebut harus bebas dari paparan Bisphenol A (BPA).

Perlu diketahui Bisphenol A (BPA) merupakan zat kimia yang sudah dipakai secara luas dan digunakan pada plastik polikarbonat dan resin epoxy. Ada banyak makanan yang harus diwaspadai, salah satunya jenis makanan kaleng yang berisiko migrasi BPA.

Dr. Nugraha Edhi Suyatma, dosen dan peneliti Jurusan Teknologi Pangan IPB mengatakan, risiko migrasi BPA yang paling tinggi ada pada makanan-minuman kaleng.

Jadi kalau mengaitkan risiko BPA dengan galon air minum dalam kemasan berbahan polikarbonat itu aneh. Karena walau dijemur pada suhu 36 derajat celcius pun galon polikarbonat tidak apa-apa, kata Dr. Nugraha Edhi Suyatma melalui keterangan virtualnya belum lama ini.

Menurut Dr Nugraha, potensi migrasi BPA di galon polikarbonat itu dari hasilan kajian ilmiah berada di titik 80 derajat celcius. Begitu juga dengan kekuatan menahan benturannya, galon polikarbonat terbilang tangguh.

Dia menambahkan, zat Bisphenol-A (BPA) digunakan untuk produksi plastik polikarbonat atau epoksi resin. Biasanya, bentuk penggunaannya pada galon, botol susu bayi, dan kaleng makanan-minuman sebagai pelindung bagian dalam.

Keunggulan BPA pada galon dan epoksi resin adalah melindungi isi dalam kemasan karena sifatnya yang lebih tahan panas, polikarbonat jadi lebih kuat, tidak mudah luruh. Apalagi dalam kemasan kaleng, BPA melindungi isi makanan-minuman di dalamnya agar tidak mudah terkena korosi kaleng, ujarnya.

Dalam kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen sebesar empat mikrogram/kg berat badan/hari.

Sementara itu, Dr. Agustina M. Purnomo, peneliti Bidang Keluarga dan Konsumen Ruang Lestari mengatakan, faktor kepercayaan konsumen kepada BPOM adalah hal yang harus dipertahankan. Kita sulit melawan isu yang belum tentu kebenarannya yang telah beredar melalui media, ujar dia.

Menurutnya, satu-satunya yang harus dipertahankan adalah kepercayaan kepada pembuat regulasi dalam hal ini BPOM. Dari sisi konsumen yang paling penting adalah keamanan ketika mengonsumsi produk yang digunakan dan perlu diedukasi.

Topik Menarik