Investor Mulai Rambah Pasar Obligasi daripada Saham? Ini Analisisnya

Investor Mulai Rambah Pasar Obligasi daripada Saham? Ini Analisisnya

Ekonomi | BuddyKu | Kamis, 1 Desember 2022 - 20:39
share

JAKARTA - Di tengah sentimen negatif global dan dalam negeri membuat investor mencari-cari instrumen investasi yang terbaik. Adapun instrumen saat ini di pasar saham maupun global menjadi pertimbangan para investor.

Bila melihat kondisi pasar obligasi saat ini cenderung menantang. Hal ini tercermin dari beberapa faktor yang ada.

Menurut riset Pilarmas Investindo, faktor pertama yang membuat pasar obligasi menantang adalah kenaikan suku bunga agresif BI. Kedua, adanya aliran modal asing terpantau sell-off sebesar Rp162 triliun dengan penurunan sebesar 18% ytd per 25 November 2022.

Ketiga, yield obligasi acuan 10 tahun mengalami kenaikan mencapai 7%. Sedangkan terakhir, pelemahan nilai tukar meskipun masih lebih baik dibanding negara berkembang lainnya.

Meski demikian, jika dilihat dari pergerakan indeks komposit pasar obligasi masih menarik dengan mencatatkan return positif sebesar 6% ytd per 28 November 2022. Meskipun memang geraknya cenderung fluktuatif dengan sentimen yang ada, kutip riset tersebut.

Pada saat bersamaan, indeks obligasi pemerintah melalui INDOBeX Govt Bond mencatatkan return 6%. Sementara, indeks obligasi korporasi melalui INDOBeX Corp Bond memimpin pergerakan dengan return yang dicatatkan sebesar 9%.

Hal ini menunjukan bahwa obligasi korporasi lebih menarik dan memiliki daya tahan lebih kuat seiring dengan pemulihan ekonomi dan sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

Namun, di tengah menariknya pasar obligasi tersebut, diperkirakan aliran dana berpotensi masuk ke negara berkembang khususnya Indonesia mengingat pelemahan mata uang yang masih lebih rendah dibanding peers dan return yang dicatatkan masih cenderung menarik terutama untuk obligasi korporasi.

Investor pilih pasar obligasi atau saham?

Menurut riset Pilarmas Investindo, diperhatikan memang pasar saham tendesi pergerakannya konsolidasi sejak memasuki pekan akhir Oktober lalu setelah mampu mencatatkan rekor ke level di atas 7.300.

Di sepanjang tahun pun, masih terpantau net buy sebesar Rp80 triliun. Sehingga, mendorong pertumbuhan yang cukup signifikan terhadap gerak kapitalisasi pasar di mana mencapai Rp9.420 triliun per Oktober 2022 dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp8.256 triliun.

Tak hanya itu, kepemilikan asing pun cenderung menyusut menjadi 42% jika dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 45%. Hal ini tak lepas dari literasi yang terus ditingkatkan, sehingga jumlah investor terus meningkat.

Namun, mempertimbangkan kondisi pasar saat ini, kami lihat terbuka peluang risk-off dan beralih ke pasar obligasi yang cenderung lebih aman, kutip riset tersebut.

Bila melihat dari sisi pilihan pelaku pasar akan lebih ke arah durasi investasinya. Terlebih, sentimen adanya sikap dovish dari bank sentral global untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga dapat menjadi sentimen yang mendorong kembali pasar obligasi merekah pada tahun depan.

Titik balik ini akan menjadi tekanan inflasi yang mulai mereda dan puncak suku bunga akan berakhir yang mendukung kembali gerak pasar obligasi negara berkembang.

Yang juga saat ini cukup menarik yaitu green bond yang digunakan sebagai alternatif pendanaan untuk proyek yang berwawasan lingkungan, kutip riset Pilarmas.

Bahkan, green bond ini dianggap menarik sebab banyak stimulus yang diberikan pemerintah. Saat ini green bond yang tersedia di pasar obligasi dalam negeri yaitu diterbitkan Sarana Multi Infrastruktur dan Bank BNI.

Oleh sebab itu, penerbitan obligasi tersebut akan kian masif ke depan sejalan dengan dorongan pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan dan stimulus yang ada.

Di samping itu, sejumlah instrumen investasi pun sudah disusun dengan basis green di mana saat ini tersedia sejumlah dengan basis tersebut seperti Indeks SRI-KEHATI, ESG Leaders, ESG Quality 45.

Topik Menarik