Fadli Zon Sebut Diplomasi Singapura Belepotan seperti Banana Republic

Fadli Zon Sebut Diplomasi Singapura Belepotan seperti Banana Republic

Travel | BuddyKu | Kamis, 26 Mei 2022 - 09:02
share

JAKARTA Anggota Komisi I DPR Fadli Zon menganggap diplomasi Singapura semakin belepotan pasca menolak Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke wilayahnya. Singapura menuding orang seperti UAS mengancam keamanan dan keharmonisan warganya.

"Diplomasi Singapura semakin belepotan n kualitasnya spt \'banana republic\'," cuit Fadli Zon di akun Twitternya, dikutip Minggu (26/5/2022).

Untuk diketahui, Banana Republic atau Republik Pisang adalah istilah ilmu politik untuk menyebut negara yang politiknya tidak stabil dan ekonominya sangat bergantung pada ekspor sumber daya terbatas, misalnya pisang.

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR itu sebelumnya menganggap bahwa sikap Singapura yang menghakimi UAS secara sepihak, menunjukkan bahwa negara itu tidak menghormati hubungan baik bertetangga. Menurut Fadli Zon, masyarakat dunia bisa berpandangan bahwa Singapura terpapar Islamofobia bahkan rasis.

"UAS dikenal sebagai seorang ulama terkemuka, intelek dan berwawasan kebangsaan yang luas. Tak ada kasus hukum di Indonesia. Hak apa negara-negara itu menghakimi UAS?" kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis kepada media, Rabu (18/5/2022).

Tindakan Singapura menahan Ustaz Abdul Somad lalu mendeportasinya, kata Fadli Zon, merupakan pelecehan terhadap warga negara Indonesia (WNI), khususnya ulama.

"Selain tak demokratis, sikap Singapura jauh dari spirit ASEAN. Ini juga berarti Indonesia semakin dipandang sebelah mata dan semakin tak berwibawa di ASEAN," ujar Fadli Zon.

Sebelumnya, Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam, menyatakan bahwa negaranya tidak akan membiarkan orang seperti UAS punya kesempatan mendapatkan pengikut lokal atau terlibat dalam aktivitas yang mengancam keamanan dan keharmonisan warganya.

"Posisi kami sangat sederhana. Orang seperti dia, kami tak akan membiarkan mereka masuk," katanya dikutip The Straits Times, Selasa (24/5/2022).

Menurut Shanmugam, UAS telah berada dalam radar otoritas negara itu selama beberapa waktu. Hal itu dilakukan setelah terungkap bahwa beberapa orang yang diselidiki karena radikalisasi telah menonton video dan mengikuti khotbahnya.

Di antara mereka adalah seorang anak berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri pada Januari 2020. Remaja itu telah menonton ceramah UAS tentang bom bunuh diri di YouTube dan meyakini jika pelaku bom bunun diri adalah martir.

"Khotbah Somad memiliki konsekuensi dunia nyata," katanya kepada wartawan di kantor pusat Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura seperti dikutip dari Strait Times, Selasa (24/5/2022).

Shanmugam juga mengutip contoh-contoh terbaru dari pernyataan pendukung UAS yang telah diposting online sejak penceramah itu ditolak masuk ke Singapura minggu lalu, untuk menggambarkan ancaman langsung yang dibuat.

Pendukungnya telah membuat komentar yang menyerukan agar Singapura dibom dan dihancurkan, dengan salah satunya, sudah dihapus oleh perusahaan induk Facebook Meta, mengancam untuk mengirim pasukan pembela Islam untuk menyerang Singapura seperti 9/11 di New York 2001, dan juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia.

Komentar lain menyatakan: "Negara kecil, namun sangat arogan, hanya dengan satu rudal dan Anda selesai."

Shanmugam meminta warga Singapura berhati-hati menyikapi keterlibat penceramah luar negeri dengan ajaran yang memecah belah.

"Gunakan penilaian Anda. Anda tahu apa yang menjadikan Singapura maju. Anda tahu apa yang baik untuk diri Anda dan masyarakat," katanya.

(abd)

Topik Menarik