Serangan Kera Ekor Panjang Menggila di Wilayah Gunungkidul

Serangan Kera Ekor Panjang Menggila di Wilayah Gunungkidul

Travel | BuddyKu | Senin, 11 April 2022 - 09:45
share

GUNUNGKIDUL - Serangan k era ekor panjang semakin menjadi. Di Kapanewon Tepus, khususnya di Kalurahan Purwodadi, primata liar ini menyerang lahan pertanian dan menghabiskan tanaman pangan yang dibudidayakan warga setempat. Tak hanya itu, tanaman buah pun ludes dimakan kera ekor panjang ini.

Warsito, salah seorang warga setempat, menuturkan serangan kera ekor panjang belakangan ini memang kian menggila. Tanaman palawija yang ia budi dayakan selama musim hujan ini habis dimakan oleh kera ekor panjang tersebut.

Menurut Warsito, serangan kera ekor panjang tersebut sebenarnya sudah terjadi sejak 2018 yang lalu. Namun, serangan kera ekor panjang ini semakin parah pada 2022 ini.

Tak hanya tanaman palawija ataupun buah, namun kini menyerang gubuk-gubuk pemilik warga yang dibangun di ladang. "Kalau jumlahnya ratusan. Kalau turun bergerombol," papar dia.

Akibat serangan kera ekor panjang tersebut, warga harus rela berjaga di ladang mereka. Mereka bergiliran berjaga di ladang sembari membawa berbagai senjata seperti senapan angin yang dimodifikasi. Tujuannya untuk mengusir kera ekor panjang tersebut agar tidak ke lahan pertanian mereka.

Serangan kera ekor panjang ini membuat mereka risau karena para petani mengalami kerugian yang tidak sedikit. Mereka berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh para petani akibat hama kera ekor panjang tersebut.

"Senapan angin ini kami modifikasi agar bisa meledak di udara, sehingga monyet-monyet itu takut," terangnya.

Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul mengakui serangan kera ekor panjang tersebut. Bahkan, mereka mencatat hampir separuh wilayah terdampak invasi kera ekor panjang. Upaya penanganan pun menemui kesulitan karena terbentur aturan.

Baca: Truk Rem Blong Seruduk Pemotor di Bali, 2 Tewas

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), DPP Gunungkidul, Jayadi mengungkapkan ada 9 dari 18 kapanewon yang lahan pertaniannya terdampak. Sebagian besar habitat primata ini berada sisi selatan, mulai Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, hingga Girisubo. Lainnya adalah Paliyan, Semin, dan Ponjong.

"Kebetulan habitat kera ekor panjang berada di 9 kapanewon ini. Tetapi kemunginan bertambah lagi," jelasnya dihubungi pada Minggu (10/04/2022).

"Paling masuk akal sebenarnya pengurangan populasi, namun dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) tidak merekomendasikan itu," ungkap Jayadi.

(nag)

Topik Menarik