Menelusuri 1.460 Relief Borobudur Lewat Goresan Lukisan Sohieb Toyaroja

Menelusuri 1.460 Relief Borobudur Lewat Goresan Lukisan Sohieb Toyaroja

Gaya Hidup | sindonews | Sabtu, 12 Juli 2025 - 09:42
share

Pelukis Sohieb Toyaroja menggelar pameran bertajuk Borobudur: The Way of Life dengan menyalin tafsir rupa dengan membaca ulang 1.460 relief yang ada di dinding-dinding Candi Borobudur.

Pameran berlangsung pada 12 Juli-12 Agustus 2025 namun secara resmi akan dibuka oleh Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Rifky Harsya pada Jumat (11/7/2025) di Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, Jakarta.

Baca juga: Denny JA Luncurkan Genre Baru Seni Rupa Berupa Lukisan Imajinasi Nusantara

Pameran Borobudur ini, seturut penulis dan peneliti budaya, Wendri Wanhar, menyatakan bahwa Sohieb Toyaroja mengingatkan kita kepada sebutan Citralekha.

“Gambar di Mandala Borobudur yang pada masa kini disebut relief, pada masa lampau disebut Citraloka. Seniman yang membuat karya seni nan agung itu disebut Citralekha," katanya, melalui siaran pers, Sabtu (12/7/2025).Di masa lalu, Borobudur sempat hilang selama hampir 900 tahun sebelum ditemukan kembali oleh Sir Thomas Stamford Raffles di abad ke-19. Kali ini, pelukis Sohieb Toyaroja menemukan juga cara memperkayanya, dengan melukis ulang relief Candi Borobudur secara realistik.

Baca juga: Makna Pencerahan dalam Karya Zeta Ranniry: Lukisan Emosional di Atas Keramik Glasir

Sembilan lukisan yang dipilih Sohieb menafsirkan judul Samodra Raksa, Manohara, Raja-Raja, Stupa,Jataka, Gajah, Sakre, Dewi Hariti dan karakter Buddha.

“Saya sejak lama terpikat melukis menyoal sejarah dan tradisi. Tentunya pengaruh pertemuan saya dengan para jurnalis, arkeolog, filolog juga sejumlah kritikus seni dan kurator seni. Selain, membaca buku-buku yang membuat pemahaman saya tentang Borobudur makin berarti” kata Sohieb.

Dibangun disekitar pada 824 Masehi, Borobudur adalah Magnum Opus ayah dan putri kesayangannya, Maharaja Samaratungga dan Putri Mahkota Pramodhawardhani yang berasal dari dinasti Syailendra dan memimpin Mataram kuno sebagai Kerajaan Budha terbesar di Pulau Jawa.Pelukis Sohieb menambahkan bahwa ia memang menyukai bertandang ke situs-situs tertentu yang dianggap sebagai petilasan dan artefak serta penanda kerajaan atau candi-candi. "Itu sebagai simbol kearifan leluhur Jawa, agar saya bisa menghayatinya sebagai seniman yang kebetulan dari Jawa," katanya.

Sementara itu, seorang Lawyer dan pecinta seni Pahrur Dalimeunthe menyebut bahwa lukisan Sohiebmenampilkan subjek dan materi yang kompleks serta jauh dari kesan sederhana.

“Sepertinya ada ruh dan jiwa yang hidup dalam semua bentuk dan warna-warna yang ditampilkan. Saya merasakan kedalaman narasi yang berbicara tentang spiritualitas, harapan, dan konsistensi yang khas memerangkap pemahaman tanpa harus dengan berkata-kata”’ ujarnya.

Jurnalis senior sekaligus pemerhati budaya, Roso Daras menambahkan bahwa Sohieb dalam melukis meskipun secara intuitif tak melakoni metodologis ilmiah. Namun, ia secara strategis membedah buku ”1460 Buku Pandu Relief Naratif Mahastupa Borobudur” setebal 704 halaman secra mendetail denganmenerapkan langkah-langkah khusus.

“Sohieb memilih relief yang jadi andalan utamanya, yang diberi juluk Samodra Raksa. Menggambarkanmakna-makna penting, baik dalam konteks sejarah, budaya maupun spiritual tentang penjelajahan samudera. Sebagai bukti peradaban maritim yang sudah ada pada leluhur kita sejak berabad-abad lalu," ujarnya menambahkan.Karya lainnya masih menurut Roso adalah Manohara, yang memancarkan kisah moral yang terpancar dari relief tersebut adalah kisah cinta antara Pangeran Sudhana dan bidadari Manohara yang penuh rintangan dan ujian.

Kisah ini mengandung nilai-nilai moral tentang cinta, kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan. Lukisan-lukisan Sohieb, menantang kita dalam bahasa visual kuno, yang sebagian cendekiawan rupa membahasnya secara berbeda dengan cara bagaimana Barat dan Timur memahami Candi.

Sohieb membawa kita megulik kembali apa yang disebut Wimba, sebuah konstruksi visual pemahaman bahasa rupa khusus seni Timur tentang wira rupa Borobudur.

Topik Menarik