3 Jenderal Asal Solo, Soedjono Hoemardani Salah Satunya

3 Jenderal Asal Solo, Soedjono Hoemardani Salah Satunya

Otomotif | BuddyKu | Kamis, 27 April 2023 - 06:15
share

SOLO merupakan penyebutan nama populer dari Kota Surakarta, sedangkan nama Surakarta sendiri merupakan nama resmi administratif untuk Kota Solo. Kota ini kental dengan sejarah dan budaya serta tradisi Jawa yang sangat dibanggakan oleh masyarakatnya.

Riwayat kota Solo tidak bisa lepas dari sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam. Solo juga memiliki peran dalam mempertahankan kemerdekaan RI, salah satunya saat Agresi Militer Belanda II.

Masyarakat Solo, baik yang tergabung dalam militer maupun laskar, bahu-membahu bersama tentara menghadapi Belanda.

Sampai saat ini, terdapat sejumlah jenderal asal Solo, baik yang berkiprah di TNI maupun Polri.

Berikut beberapa jenderal TNI yang berasal dari Solo, Soedjono Hoemardani salah satunya.

1. Jenderal TNI (Purn) Daryatmo

Jenderal TNI (Purn) Daryatmo lahir di Solo pada 18 Juni 1925. Ia pernah menjabat sebagai Ketua DPR/MPR periode 1978-1982. Saat itu, ia menggantikan Adam Malik yang diangkat menjadi Wakil Presiden.

Daryatmo menjalani pendidikan militer di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (SSKAD). Ia kemudian melanjutkan pendidikan di luar negeri yaitu US Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam kariernya di dunia militer, Daryatmo pernah memimpin penumpasan pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera dan menjadi bawahan Jenderal Ahmad Yani.

Jabatan militer yang pernah ia duduki adalah Komandan Kompi Badan Keamanan Rakyat (BKR), Kepala Bagian Siasat BKR, Komandan Batalyon 4 Resimen 22, Komandan Batalyon 7 Resimen 21 di Yogyakarta, Kepala Staf Resimen, hingga Dir-Hub TNI AD pada tahun 1959.

2. Jenderal TNI (HOR) (Purn) Djatikoesoemo

Pria dengan nama lengkap Goesti Pangeran Harjo Djatikoesoemo ini lahir pada 1 Juli 1917 di Solo. Ia merupakan Kepala Staf Angkatan Darat pertama dengan masa bakti 1948-1949. Djatikoesoemo mengikuti pendidikan militer pada zaman Belanda di Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO). Pada 1942, ia ditugaskan untuk bertempur melawan tentara Jepang di Ciater, Jawa Barat.

Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Djatikoesoemo melanjutkan pendidikan militernya di Jawa oei Kanbu Giyugun Resentai. Pendidikan itu dibangun oleh Jepang dengan tujuan melatih calon perwira Tentara Pembela Tanah Air.

Namun, setelah proklamasi kemerdekaan ia memilih bergabung ke dalam BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan sejak itu berkiprah sebagai tentara Republik Indonesia. Pada 1979-1983, Djatikoesoemo menjabat sebagai Wakil Ketua DPA (Dewan Pertimbangan Agung) RI.

3. Letnan Jenderal TNI (Purn) Soedjono Hoemardani

Letnan Jenderal TNI (Purn) Soedjono Hoemardani merupakan purnawirawan perwira tinggi TNI AD yang juga pendiri sekaligus Ketua Kehormatan Center For Strategic International Studies (CSIS). Pria kelahiran Solo, 23 Desember 1919 ini dikenal dekat dan loyal kepada Presiden Soeharto.

Pada masa penjajahan Jepang, ia aktif mengikuti Perang Asia Timur Raya dengan mengantongi jabatan sebagai Fukudanco (wakil komandan) dari Keibodan (pembantu polisi). Ia kemudian masuk BKR dan menapaki kariernya. Usai Gerakan 30 September (G30S), karier Soedjono kian menanjak.

Ia kemudian menjadi Asisten Pribadi (Aspri) Soeharto dan dikenal sebagai guru spiritual sang Presiden. Sebagai aspri, nyatanya Soedjono memiliki peran yang lebih. Ia mampu memuluskan lobi dengan pihak luar, seperti dengan Jepang terkait penyediaan dana pembangunan. Setelah posisi Aspri ditiadakan, Soedjono menjadi anggota DPR.

Topik Menarik