Kisah Kesaktian Pasukan Khusus TNI AU, Tak Mempan Diberondong Tembakan Musuh

Kisah Kesaktian Pasukan Khusus TNI AU, Tak Mempan Diberondong Tembakan Musuh

Nasional | okezone | Kamis, 9 Mei 2024 - 07:03
share

PRESIDEN Soekarno membentuk Komando Mandala (KOLA) untuk melancarkan operasi militer membebaskan Irian Barat atau Papua dari caplokan Belanda. Mayjen Soeharto dipercaya sebagai Panglima KOLA.

Soeharto saat itu memerintahkan Komodor Udara Leo Wattimena untuk menyusup ke pertahanan Belanda sebagai pendahulu sebelum pasukan lainnya masuk ke Papua melalui Sorong dan Teminabuan. Leo Wattimena yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Udara Mandala (AULA) sekaligus Wakil Panglima II KOLA langsung bertindak sesuai perintah.

Leo Wattimena langsung menyiapkan pasukan TNI AU yang memiliki kemampuan khusus untuk menjalankan operasi infiltrasi dengan cara diterjunkan dari pesawat. Saat itu, Leo Wattimena menunjuk Komandan III Pasukan Gerak Tjepat (PGT) di PAU Margahayu Letnan Udara (LU) I Lambertus Manuhua untuk memimpin pasukan.

Selanjutnya, pada 17 Mei 1962 tepat pukul 04.00 dini hari, sebanyak 119 pasukan Baret Jingga ini diterbangkan menggunakan 3 pesawat Dakota C-47 dari Pangkalan Udara Laha, Ambon.

Mereka rencananya diterjunkan di daerah Klamono, Sorong. Namun, hanya satu pesawat yang berhasil melakukan penerjunan pasukan PGT sebanyak 39 orang dengan Komandan Kompi LU I Lambertus Manuhua dan Danton Sersan Muda Udara (SMU) Soepangat.

Dua pesawat lainnya gagal menerjunkan PGT karena cuaca buruk dan terpaksa kembali ke pangkalan udara Laha, Ambon. Penerjunan baru bisa dilakukan 2 hari kemudian di daerah Teminabuan.

Sersan Udara Satu Rebo Hartono yang ikut dalam operasi tersebut menceritakan, sebelum dilakukan penerjunan pasukan PGT terlebih dahulu diberi tahu soal operasi merebut Papua.

Siapa yang mau terjun duluan? Enggak ada yang ngacung. Lalu Pak Leo Wattimena menendang Pak Kani. Berangkat PGT. Pak Kani itu orang kebal. Orang-orang PGT yang kebal-kebal ada empat yaitu, Pak Wiriadinata, Pak Sukani, Pak Soeroso dan Ngatijan, kenang Rebo dalam buku 'Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala: Pengibaran Bendera Merah Putih Pertama di Teminabuan' yang diterbitkan Subdisjarah Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara.

Saat penerjunan di Teminabuan pada dini hari tersebut, ucap Rebo, ia mendengar suara tembak-tembakan di bawah. Rebo sendiri mengaku jatuh tersangkut di pohon dengan ketinggian lebih dari 30 meter.

Perlahan Rebo berupaya turun ke bawah di tengah malam yang gelap gulita. Nahas, dahan pohon yang didudukinya patah.

Saya melorot jatuh ke bawah kurang lebih 30 meteran. Kurang lebih setengah jam saya pingsan, begitu bangun saya lihat senjata masih diselempang. Di mana ini kok masih gelap? Tapi suara tembak-tembakan masih ramai, ucapnya.

Pertempuran demi pertempuran dialami Rebo Hartono di tengah lebatnya hutan belantara Papua. Aksi berani Rebo Hartono bersama prajurit PGT lainnya membuat Belanda kewalahan.

Namun, ketika sedang menebang pohon sagu yang akan digunakan sebagai bekal, tiba-tiba pasukan Belanda melakukan menyerang. Mendapat serangan mendadak tersebut, Rebo langsung bersembunyi di rawa-rawa.

Namun upayanya gagal, pasukan Belanda menangkapnya. Bersama beberapa rekannya termasuk SMU Mengko, dirinya ditawan.

Saya mendengar ledakan. Lima rekan yang berupaya melarikan diri salah satunya bernama Ngatimun ditembak kepalanya hingga tewas. Sementara empat orang lainnya berhasil melarikan diri. Saya disuruh jalan sambil ditendangi dan terus disiksa, tuturnya.

Topik Menarik