Keras! CEO WhatsApp Sebut Telegram Bagian dari Mata-mata Rusia
JawaPos.com Ketatnya persaingan platform perpesanan instan WhatsApp dengan rivalnya Telegram tidak sampai pada adu kuat, adu layanan dan adu kualitas produk saja. Sampai pada level personal, dua aplikasi chatting dengan basis pengguna besar di seluruh dunia ini juga kerap saling sindir, saling tuduh dan saling menjatuhkan.
Nggak sekali dua kali WhatsApp dan Telegram gontok-gontokan. Terbaru, CEO WhatsApp malah terang-terangan menyebut kalau Telegram tidak aman dan merupakan perpanjangan tangan dari mata-mata Rusia.
Will Cathcart, Direktur WhatsApp di Meta, berbicara menentang Telegram, salah satu pesaing terbesar aplikasi perpesanan. Poin utama dalam perdebatan adalah fitur keamanan dan privasi yang ditawarkan oleh setiap aplikasi.
Cathcart memanfaatkan sebuah artikel di majalah Wired untuk melancarkan serangan ke Telegram. Menyatakan bahwa jika pengguna berencana menggunakan aplikasi untuk hal pribadi apa pun, mereka pertama-tama harus memahami kebenaran tentang keamanannya.
Cathcart kemudian menunjukkan bahwa tidak seperti WhatsApp, Telegram tidak menawarkan fitur ini untuk grup. Whatsapp menawarkan End-to-End Encryption (E2EE) atau enkripsi ujung ke ujung secara default. Sebaliknya, Telegram hanya menyediakan enkripsi ujung ke ujung dalam obrolan rahasia.
Telegram tidak dienkripsi end-to-end secara default dan tidak menawarkan E2EE untuk grup. Telegram memiliki kapasitas untuk membagikan hampir semua informasi rahasia yang diminta pemerintah, kata Cathcart.
Telegram disebut kurang dalam hal enkripsi untuk fitur obrolan di grupnya. Cathcart menyatakan bahwa kesulitan dalam pencadangan adalah alasan di balik fitur tersebut tidaklah aman digunakan.
Sebaliknya, Telegram menuduh WhatsApp membuat klaim palsu terkait enkripsi E2EE-nya, dengan menyatakan bahwa itu adalah tipuan. Telegram tidak terima atas serangan Cathcart dengan tuduhannya tersebut. Telegram menyebut kalau percakapan pengguna WhatsApp menggunakan fitur Cadangan di Google Drive, Google memiliki akses ke pesan tersebut.
Menurut Telegram, hal tersebut sama saja (tidak aman) karena siapapun tetap bisa meminta data percakapan pengguna dari Google. Intinya, perlindungan E2EE di WhatsApp tidak independen menurut Telegram.
Jika percakapan Anda di mitra Whatsapp Anda menggunakan Cadangan di Google Drive, Google memiliki akses ke pesan tersebut. Dan karena itu, pemerintah mana pun yang memintanya dari Google. Jadi, enkripsi E2E diaktifkan di WhatsApp secara default, tetapi langsung dinonaktifkan. Dan tidak ada cara untuk mengetahui apakah teman Anda menggunakan backup tersebut atau tidak, terang pihak Telegram menanggapi tuduhan Cathcart.
Kurangnya enkripsi di Telegram memang telah menjadi topik kritik selama beberapa tahun. Dan artikel terbaru di Wired yang dikomentari oleh Cathcart sendiri menyoroti bahaya dari kurangnya enkripsi tersebut.
Dilansir via Gizchina, artikel tersebut juga menyatakan bahwa Telegram memiliki kemampuan untuk membagikan hampir semua informasi rahasia yang diminta pemerintah. Terutama informan Rusia atau Kremlin. Cathcart berpendapat bahwa Telegram kurang transparan, yang dianut sebagian besar perusahaan teknologi.
Telegram tidak memiliki transparansi nyata yang diadopsi oleh sebagian besar perusahaan teknologi. Dalam banyak kasus, tidak mungkin untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi apakah spyware atau informan Kremlin telah digunakan untuk masuk, tulis Cathcart.










