Penurunan Tanah di Surabaya hingga 40 Milimeter Per Tahun

Penurunan Tanah di Surabaya hingga 40 Milimeter Per Tahun

Nasional | jawapos | Minggu, 19 Juni 2022 - 14:48
share

JawaPos.com Beberapa hari terakhir pesisir Surabaya mendapatkan deraan pasang laut. Permukaan air yang meninggi mengakibatkan banjir rob di daratan. Namun, fenomena banjir yang semakin parah dirasa perlu lebih diwaspadai. Apalagi bila melihat histori yang ada, cakupan area yang tergenang juga semakin luas.

Banjir rob yang kian parah di Surabaya bukan disebabkan faktor tunggal. Seperti yang selama ini dikira banyak orang, bahkan kejadian itu normal dan hanya musiman karena pasang surut air laut. Padahal, bila ditelisik lebih jauh, ada multifaktor yang membuat hal itu terjadi.

Anggota Laboratorium Geodesi dan Geodinamika Institut Departemen Teknik Geomatika Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ira Mutiara Anjasmara mengatakan, banjir rob dipengaruhi beberapa kondisi. Melihat kejadian yang ada saat ini, salah satu penyebabnya memang faktor alam. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa saat ini terjadi perubahan iklim, pencairan es di kutub utara yang mencair.

Permukaan air laut meningkat 310 milimeter per tahun. Kemudian, faktor lainnya adalah penurunan muka tanah yang terjadi, terangnya dalam webinar banjir rob dan penurunan muka tanah yang digelar ITS kemarin (18/6).

Bagaimana dengan penurunan muka tanah di Surabaya? Ira mengatakan bahwa pihaknya sudah pernah melakukan penelitian awal. Hanya, pelaksanaannya belum merata di semua wilayah Surabaya. Dari hasil yang didapatkan, beberapa wilayah di Surabaya mengalami penurunan hingga 40 milimeter dalam setahun. Itu terjadi di kawasan Surabaya Utara. Namun, ada juga yang justru mengalami peningkatan permukaan tanah. Misalnya, kawasan Kecamatan Lakarsantri.

Beberapa penyebab turunnya permukaan tanah, antara lain, penggunaan air tanah yang berlebihan serta beban kerja konstruksi infrastruktur di permukaan tanah. Kemudian, kondisi geologi berupa endapan aluvial dan sedimen. Namun, dari faktor-faktor itu, kami masih memerlukan data yang lebih kompleks. Misalnya, soal penggunaan air tanah, masih sangat minim datanya, ungkap dosen teknik geomatika tersebut.

Bila menilik topografi Surabaya, wilayah ini berada di dataran rendah dengan ketinggian 110 meter. Dia tidak menampik dengan kondisi tersebut, Surabaya rentan mengalami penurunan tanah. Kemudian, secara historis bahwa pembentukan daratan di Surabaya berasal dari sedimentasi sungai yang membentuk delta.

Karena itu, sangat perlu bila dilakukan penelitian lanjutan. Misalnya, menambah titik pantau GPS di kawasan wilayah pesisir Surabaya sehingga bisa didapatkan data dengan tren yang berkelanjutan dan terus-menerus, ungkapnya.

Berdasar data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), wilayah kawasan pantai utara memang rawan mengalami penurunan muka tanah. Misalnya, Jakarta, Semarang, Pekalongan, hingga Demak. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan adanya penurunan muka tanah.

Hasil penelitian dan data dari Japan International Cooperation Agency (JICA), selama kurun 19972005 penurunan muka tanah di Jakarta berkisar 2550 sentimeter per tahun. Rata-rata kecepatan amblesan mencapai 110 sentimeter per tahun, terang Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Kementerian ESDM Siti Sumilah Rita Susilawati.

Pakar geologi ITS Amien Widodo menambahkan, bagaimanapun permasalahan seperti itu tidak bisa diselesaikan dengan hanya membangun tanggul atau menambah pompa. Faktor lain yang juga mengakibatkan banjir rob juga harus diantisipasi. Jangan sampai seperti di Jakarta yang sudah menimbulkan banyak kerugian tiap kali puncak rob datang.

Fakta yang nyata, banjir rob meluas tidak seperti biasanya. Kami sangat sarankan dan segera dilaksanakan oleh pemkot memasang alat monitoring penurunan tanah di kawasan tersebut, mulai Asemrowo hingga Bulak. Dengan begitu, langkah mitigasi dan pembangunan kota juga bisa diatur. Mumpung angka penurunan tanah masih milimeter, ungkapnya.

Sinergi Lintas Dinas Atasi Penyebab dan Dampak Rob

PENURUNAN muka tanah menimbulkan beberapa masalah di Surabaya. Banjir rob, misalnya, mengakibatkan beberapa ruas jalan mengalami kerusakan. Di beberapa wilayah metropolis, banyak jalan yang bergelombang dan retak.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya Lilik Arijanto menjelaskan, secara garis besar rusaknya jalan disebabkan tiga hal. Pertama, banjir rob yang berasal dari air laut bersifat asam. Dengan begitu, ketika masuk ke rongga jalan, air tersebut merusak lapisan dasar. Itu menyebabkan jalan bergelombang, tegasnya.

Kedua, intensitas kendaraan di jalan yang tinggi. Itu membuat lapisan jalan rusak dan bergelombang. Ketiga, perkembangan jalan melebihi perkiraan pada saat pembangunan. Kondisinya berbeda dengan yang kita perkirakan, terangnya.

Dia menjelaskan, wilayah Kalianak merupakan jalan nasional. Pihaknya saat ini masih berkoordinasi dengan Balai Besar Pembangunan Jalan Nasional (BBPJN). Kita masih koordinasikan lagi perbaikan jalannya, tuturnya.

Dia juga mengatakan, di wilayah Wiyung, demi keselamatan sementara jalan ditambal sulam terlebih dahulu. Pada 2023 dana untuk perbaikan dianggarkan. Kita akan memperbaiki plengsengan dan base course jalan, tegasnya.

Terpisah, Kepala Bidang Jalan Adi Gunadi menjelaskan, pihaknya terus memantau dan bertindak mengatasi dampak banjir rob. Perbaikan infrastruktur jalan, upaya normalisasi sungai, hingga perbaikan drainase terus dilakukan. Upaya itu bertujuan menunjang perbaikan jalan dan mengatasi genangan air di wilayah Surabaya.

Kepala Bidang Pematusan DPUBMP Eko Juli mengatakan, pemkot di wilayah utara hanya memiliki tanggul laut Kandangan. Selebihnya, Kalianak dan Greges merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pihaknya sudah bersurat kepada Pemprov Jatim untuk pembuatan pintu air dan pompa di Kalianak dan Kandangan. Masih kita koordinasikan bersama, tegasnya.

GERAK CEPAT PENANGANAN PENURUNAN MUKA TANAH

Variasi penurunan muka tanah di Surabaya 2040 milimeter per tahun

Ancaman banjir rob yang lebih tinggi bisa terjadi dari tahun ke tahun

Penelitian penurunan muka tanah membutuhkan waktu minimal 3 tahun

Penanganan banjir dan rob semakin sulit karena wilayah Surabaya membentuk cekungan

Jika langkah pencegahan tidak dilakukan, biaya pembenahan infrastruktur akan semakin besar

Diolah dari berbagai sumber

Topik Menarik