Asal Usul Bunga Tulip: Simbol Kerajaan Turki Ottoman yang Diklaim Milik Belanda
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pegunungan Pamir dan Hindu Kush di Kazakhstan menjadi tempat tumbuhnya tanaman liar, tulip. Meski awalnya adalah tumbuhan liar yang hidup di pegunungan, Kerajaan Turki Ottoman membudidayakan bunga tersebut pada 1000 Masehi hingga menjadi simbol kekaisaran.
Tulip berasal dari bahasa Turki yang secara harfiah berarti Turban. Alasannya, bentuk bunga tulip ketika masih kuncup mirip dengan Turban atau penutup kepala pria Turki.
Sultan Mehmed I yang memerintah pada 1413 sampai 1421 Masehi yang pertama kali memerintahkan menanam tulip di kebun kerajaan. Kepopuleran tulip semakin meningkat di era Sultan Sulaiman I yang ditaman secara profesional. Di era itu, Sultan Sulaiman I menjadikan bunga tulip melampaui kepopuleran bunga mawar.
Saking cintanya kepada bunga tulip, Sultan Sulaiman I sering menjadikan tulip inspirasi dalam tulisan-tulisannya. Apalagi bagi umat Muslim Turki, tulip identik dengan tulisan Allah dalam Bahasa Arab. Tak heran jika bunga tulip banyak digunakan sebagai hiasan dalam seni Islam seperti kaligrafi hingga hiasan di sajadah.
Sejak era Sultan Sulaiman I itu pula bunga tulip menjadi simbol nasional Kerajaan Turki Ottoman. Namun bagaimana sejarahnya sampai bunga tulip justru lebih dikenal sebagai bunga khas Belanda?
Seorang duta besar Raja Ferdinand I untuk Sultan Sulaiman I yang bernama Oghier Ghislain de Busbecq pada abad ke-16 atau tahun 1594 membawa bunga tulip ke Belanda. Kekagumannya akan keindahan tulip yang tumbuh dan mekar sempurna di kebun Kerajaan Turki Ottoman membuatnya membawa dan menyerahkan beberapa bulbs (umbi) ke Carolus Clusius, seorang botanist yang mengajar di Universitas Leiden.
Clusius juga diberi mandat untuk mengambil alih kebun raya tertua di Eropa yang berada di Leiden, Hortus Botanicus of Leiden. Ia mengelola kebun raya tersebut untuk memastikan tulip tumbuh subur di Belanda.
Meski bunga tulip mulai berkembang di Eropa, khususnya Belanda, kejayaan tulip di Negeri Istanbul berada di puncaknya pada era Sultan Ahmed III yang memerintah pada 1703--1730. Di era itu, Sultan Ahmed III bahkan mengeluarkan aturan terkait perdagangan tulip untuk melindungi eksistensi simbol kerajaan.
Tak hanya itu, Sultan Ahmed III juga membentuk dewan khusus untuk membudidayakan tulip dengan memberikan nama-nama pada jenis tulip yang berbeda. Dewan itu juga menilai kualitas tulip hingga bisa dirangkai menjadi penghias kerajaan. Tak heran saat itu bunga tulip menjadi komoditas yang mahal.
BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"
> Humor Gus Dur: Orang Jepang Sombong Mati Kutu di Depan Sopir Taksi
> Rektor ITK Singgung Manusia Gurun, Teringat Humor Gus Dur Tentang Unta Hewan Gurun yang Pendendam
> Kiai Tampar Anggota Banser: Kiai Gak Dijaga Malah Gereja yang Dijaga!
> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah
> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU
> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.


