China Beri Bantuan untuk Invasi, Diduga Bikin Rusia Makin Kuat

China Beri Bantuan untuk Invasi, Diduga Bikin Rusia Makin Kuat

Nasional | law-justice.co | Selasa, 15 Maret 2022 - 12:40
share

Relasi Rusia dan China dinilai semakin dekat di tengah invasi Moskow ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari lalu.


Meski berulang kali menegaskan tak mendukung peperangan, China disebut telah memberikan sejumlah bantuan bagi Rusia guna melancarkan agresinya ke Ukraina yang telah memasuki pekan ketiga ini.

Berikut daftar bantuan yang diduga telah China berikan ke Rusia guna melancarkan invasi Moskow ke Ukraina.

Makanan


Rusia meminta bantuan militer dan keuangan dari China di tengah konflik dengan Ukraina. Beberapa bantuan yang diminta adalah paket makanan militer yang tidak mudah rusak.

Seperti diberitakan CNN pada Senin (14/3/2022), permintaan tersebut menggarisbawahi tantangan logistik dasar yang selama ini diyakini para ahli bahwa itu menghambat kemajuan Rusia di Ukraina.

Sebelumnya, beberapa laporan sumber menunjukkan pasukan Rusia membobol toko kelontong untuk mencari makanan saat invasi berlangsung.

Sehingga, salah satu sumber menyatakan makanan menjadi permintaan Rusia yang mungkin bisa dipenuhi China. Hal itu diyakini karena tidak menjadi bantuan mematikan yang dinilai provokatif oleh Barat.

Bantuan makanan ke Rusia pun dianggap paling aman bagi China untuk menghindari sanksi dari AS dan negara-negara Barat.

Keuangan


China dikabarkan telah memutuskan memberikan bantuan ekonomi dan dukungan finansial bagi Rusia guna melancarkan invasinya ke Ukraina.
Secara teori, Rusia memang tengah kelimpungan dan membutuhkan bantuan ekonomi hingga keuangan. Sebab, invasinya ke Ukraina telah memicu hujanan kecaman, sanksi, hingga boikot internasional.

Berbagai negara, tak hanya Barat saja, telah menerapkan berbagai sanksi dan embargo terhadap Rusia. Perusahaan global berbagai sektor juga turut membatasi bahkan memutus bisnis mereka di Rusia.

Sebut saja Apple Inc, McDonald`s, IKEA, H&M, yang merupakan segelintir brand global yang memutuskan menghentikan operasi mereka di Rusia sebagai bentuk protes invasi ke Ukraina.

Jasa keuangan seperti Visa dan Mastercard juga telah memutus operasi di Rusia, membuat jutaan warga Rusia dan warga asing di sana tak bisa bertransaksi dengan rekening berlogo kedua perusahaan itu.

Negara Barat bahkan sepakat menendang bank-bank Rusia dari sistem keuangan Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).

SWIFT merupakan jaringan pengiriman pesan yang digunakan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengirim dan menerima informasi transaksi dengan cepat dan aman.

Kini SWIFT tidak hanya memberikan pesan instruksi pembayaran atau pengiriman dana, tapi juga mengurus transaksi keamanan, transaksi treasury, transaksi perdagangan, dan transaksi sistem di seluruh dunia.

Akibat isolasi yang dihadapi Rusia dari sistem keuangan global, pemerintahan Presiden Vladimir Putin terancam gagal bayar utang. Dilansir The Guardian, Rusia memiliki dua tenggat waktu pembayar bunga utang yang jatuh tempo pada Rabu (16/3).

Rusia tidak dapat mengakses hampir semua cadangan emas dan valuta asingnya senilai US$640 miliar. Meski begitu, Rusia disebut masih memegang sebagian cadangan asetnya dalam bentuk yuan.

Hal itu menyebabkan China lebih mungkin turun tangan membantu Rusia dalam masalah keuangan saat ini.

"Ini benar-benar proyek Presiden China Xi Jinping. Dia benar-benar, secara fundamental di balik kemitraan yang lebih erat dengan Rusia ini," kata pejabat AS.

Topik Menarik