PT Bukit Raya Mudisa Kirim Petugas dan Alat Berat, Bersihkan 63 Rumah Terdampak Banjir Bandang
MALALO, iNews.id -- PT Bukit Raya Mudisa (BRM) mengirim tim beserta alat berat ke lokasi terdampak banjir bandang dan longsor. Adapun bencana alam yang terjadi telah melanda pemukiman warga, serta merusak sejumlah infrastruktur di Malalo, Sumatra Barat.
Sasaran pertama tim PT BRM, yaitu membersihkan 64 unit rumah berikut empat masjid di Kenagarian Padang Laweh dan Guguak Malalo. Sementara itu, Baiang dan Muara Ambius sekitarnya merupakan titik terparah banjir bandang Malalo.
Perwakilan PT BRM, Abdul Hadi, menegaskan bahwa pihaknya bersama petugas gabungan dan relawan menargetkan pembersihan dengan total 64 rumah yang kondisinya dipenuhi materi akibat banjir bandang.
"Untuk mempermudah proses pembersihan rumah, kita gunakan alat semprot air. Sejauh ini, hasilnya cukup memuaskan karena materi yang menumpuk bisa diurai dengan menggunakan alat ini," ujarnya.
Dia menambahkan, alat berat juga digunakan untuk membersihkan jalan utama, supaya arus lalu lintas kendaraan kembali lancar. Setelah ini, diharapkan aktivitas masyarakat bisa kembali pulih, termasuk untuk memudahkan proses bantuan yang akan didatangkan ke tiga jurong tersebut.
"Kita bersama petugas Kepolisian dan TNI serta relawan akan terus bergotong royong untuk membenahi tiga jurong ini. Karena bisa dilihat sendiri, kondisinya memang mengkhawatirkan. Semoga bantuan ini bermanfaat dan bisa bantu meringankan beban yang kini dialami saudara kita di sini," katanya.
Duka Warga Terdampak Bencana
Air mata mengalir di pipi Yuharni, perempuan berusia 60 tahunan, yang rumahnya berada Jurong Padang Laweh, Kanagarian Malalo Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, karena rumahnya nyaris tak berbentuk lagi dihantam banjir bandang.
Rumah milik Yuharni bersama puluhan rumah warga lain yang berada tepat di tepian Danau Singkarak itu, hancur lebur setelah dihantam banjir bandang pada Jumat (28/11/2025) lalu.
"Sejak 1958, sudah delapan kali daerah kami dihantam Galodo (banjir bandang), tapi kali ini yang paling parah," ujarnya, Kamis (4/12/2025).
Mengenal Makna Gelar Pahlawan Nasional
Akibat banjir bandang, jalan utama di kawasan itu langsung terputus akibat terendam pasir bercampur batu dan batang kayu. Jembatan utama yang berada sekitar 200 meter dari rumah Harni pun juga bobol hingga aliran listrik terputus total.
Yang tersisa saat ini, hanya rumah-rumah warga yang dipenuhi dengan tanah bercampur kayu dan batu. Sebagian rumah warga bahkan sudah tidak ada lagi, karena terseret banjir dan hanyut ke dalam Danau Singkarak. Beberapa batu dengan ukuran besar nyaris seukuran sebuah rumah, juga tampak bertebaran di mana-mana.
Empat hari setelah kejadian, jalan utama yang sempat terputus sudah bisa dilintasi. Hal itu setelah pemerintah menurunkan alat berat guna membersihkan badan jalan yang sudah terlanjut tertutup tanah. Namun, tidak demikian halnya dengan rumah-rumah warga yang masih tersisa dalam kondisi mengkhawatirkan.
Tumpukan tanah bercampur batu dan kayu yang tingginya mencapai 1,5 meter, memenuhi seluruh rumah tanpa terkecuali. Beberapa rumah yang berada tepat di tepian Danau Singkarak, seolah hanya menunggu waktu untuk roboh dan terjun bebas ke danau yamg berada di bawahnya.
"Kejadiannya begitu tiba-tiba, tepat saat masyarakat di sini hendak melaksanakan Salat Jumat," tutur Supriyatno, tetangga Yuharni.
Nasib Suprayitno bahkan lebih mengenaskan. Rumahnya yang berukuran 9 x 12 meter, bahkan sudah lenyap sama sekali. Yang ada sekarang hanya timbunan tanah beserta batu besar, yang datang dari bukit yang berjarak sekitar 5 kilometer dari kampung mereka.
Namun, meski porak poranda, tidak satu pun warga yang menjadi korban dalam musibah itu.
"Sebenarnya, Galodo (banjir bandang) sudah terjadi pada hari Selasa (24/11/2025) sebelumnya. Karena kami sudah beberapa kali mengalami, warga langsung mengungsi, aehingga ketika Galodo besar terjadi pada hari Jumat, tidak ada lagi warga yang berada di rumah," tutur Juharni.
Berdasarkan data yang dihimpun dari lokasi kejadian, banjir bandang yang menimpa kawasan Malalo menghantam tiga jorong, yakni Padang Laweh, Guguak Malalo dan Muara Ambius. Sementara kerusakan paling parah berada di Muara Ambius, yang lokasinya memang berada di tepi aliran anak sungai yang bermuara ke Danau Singkarak, yakni sekira 200 meter dari dua jorong lain.
Di tempat ini, tidak banyak rumah warga yang tersisa, karena posisinya yang berada di tepi sungai, kebanyakan materi yang terbawa banjir bandang. Namun demikian, kondisi di dua jorong lainnya juga tak begitu jauh berbeda. Hal ini disebabkan banjir bandang yang menimpa Padang Laweh dan Guguak Malalo berasal dari aliran air bercampur tanah, batu, dan kayu.
Aliran baru ini muncul dari guguran bukit yang berjarak sekitar 5 kilometer dari tempat mereka. Sebelum menghantam kawasan pemukiman warga, banjir bandang terlebih dahulu melabrak dan meluluhlantakkan puluhan hektar lahan perkebunan milik masyarakat yang berada di bawahnya.
"Ada juga lahan sawah yang ikut tertimbun, tapi kami belum tahu berapa luasnya, yang pasti cukup luas lah," katanya.
Upaya Perbaikan Terus Berjalan
Dari pantauan di lapangan, sepanjang Kamis (4/12/2025), proses perbaikan terus berjalan di tiga jorong tersebut. Petugas dari Kepolisian dan TNI, serta relawan terus bahu-membahu membersihkan lahan yang terendam tanah bercampur batu.
Termasuk bantuan dari petugas dan alat berat serta pendukung lainnya dari PT Bukit Raya Mudisa (BRM) yang bergabung dengan tim TNI Polri serta BPBD Tanah Datar. Yuharni sangat berharap, proses perbaikan khususnya membersihkan rumah-rumah warga dari material akibat banjir bandang dapat berjalan dengan cepat, karena sampai saat ini mereka masih bertahan di tempat pengungsian.
"Rumah kami sudah tidak bisa dihuni lagi karena tanah dan batu sudah penuh semua. Ini yang paling kami butuhkan sekarang. Jadi kalau bisa kami sudah bisa kembali lagi ke rumah. Nanti perbaikan lain bisa menyusul," ucapnya.










