Kader Muda NU Serukan PBNU Kembali ke AD/ART dan Hormati Islah Para Kiai Sepuh
JAKARTA, iNews.id - Konsolidasi Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia menyerukan agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART dan menghormati ikhtiar islah para kiai sepuh. Pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Kamis–Jumat (4–5/12/2025) itu digelar untuk merespons menguatnya praktik keputusan sepihak di PBNU.
Langkah tersebut dinilai menjauh dari tradisi musyawarah dan tabayyun yang selama ini menjadi ruh NU.
Para kader yang hadir dari berbagai provinsi menilai ada kecenderungan penggunaan kewenangan struktural untuk membatasi dialog. Mereka juga menyoroti tertutupnya ruang permusyawaratan dan seruan para masyayikh yang kerap diabaikan. Situasi ini dinilai mengancam marwah organisasi dan menjauhkan NU dari jati dirinya sebagai Jam’iyah yang berpijak pada syura dan bimbingan ulama.
Juru Bicara Jaringan Kader Muda NU, Purwaji, menegaskan penolakan terhadap rencana pihak tertentu yang disebut akan menggelar rapat pleno untuk menunjuk Penjabat (PJ) Ketua Umum. Menurutnya, langkah itu justru bertentangan dengan kehendak para kiai sepuh yang sedang mengupayakan jalan damai.
“Jika benar ada rencana pleno penunjukan PJ, itu adalah bentuk kesewenang-wenangan. Para kiai menghendaki islah, bukan pemaksaan pleno. Sangat menyedihkan jika suara para kiai dianggap bisa diabaikan begitu saja,” katanya, Jumat (5/12/2025).
Purwaji mengingatkan, AD/ART bukan sekadar formalitas administratif. Dia menyebut aturan dasar organisasi itu adalah pagar yang menjaga kehormatan Jam’iyah.
Tanpa ketaatan pada AD/ART, ia khawatir keputusan-keputusan organisasi akan kehilangan legitimasi moral di mata warga NU. Dalam forum yang sama, salah satu narasumber konsolidasi, Fajri Al Farobi, menegaskan tradisi NU hanya bisa hidup dalam ruang dialog.
“Islah adalah jalannya para kiai. Ketika pintu dialog ditutup dan keputusan diambil sepihak, maka itu bukan lagi tradisi NU. Maka dari itu, forum konsolidasi ini adalah gerakan moral untuk memastikan NU tetap berada di rel yang benar,” ucapnya.
Forum konsolidasi Jaringan Kader Muda NU tersebut kemudian menghasilkan sejumlah pernyataan sikap. Mereka menolak segala bentuk kesewenang-wenangan di tubuh PBNU dan menolak tindakan yang mengabaikan AD/ART.
Para peserta juga meminta agar kiai dan pengurus tidak mendasarkan keputusan strategis pada fitnah tanpa melalui proses tabayyun.
Para kader menegaskan, langkah yang mereka tempuh bukan bentuk pembangkangan terhadap struktur. Gerakan ini disebut sebagai upaya menegakkan kembali tradisi Jam’iyah yang dibimbing para kiai sepuh. Nama-nama pesantren rujukan seperti Ploso dan Tebuireng disebut sebagai simbol sanad keulamaan yang ingin mereka jaga.
Mereka berharap, suara moral dari konsolidasi kader muda NU ini dapat menjadi pengingat bagi seluruh jajaran pengurus. Tujuannya agar NU tetap berada di jalur khidmat kepada umat, menjaga persatuan, serta merawat marwah organisasi di tengah dinamika internal yang mengemuka.










