Waspada Penyakit Demam Berdarah Jelang Libur Lebaran, Kenali Pencegahannya!

Waspada Penyakit Demam Berdarah Jelang Libur Lebaran, Kenali Pencegahannya!

Gaya Hidup | inews | Jum'at, 29 Maret 2024 - 16:17
share

JAKARTA, iNews.id - Kasus DBD di Indonesia melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah dengue adalah salah satu ancaman utama kesehatan masyarakat di dunia, dan di Indonesia sebagai salah satu negara hiperendemis. 

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2023 menyatakan terdapat total 114.435 kasus demam berdarah dengue selama tahun 2023 dengan kematian 894 kasus, turun dari tahun sebelumnya sebanyak 143.266 kasus dan kematian sebanyak 1.237 kasus. Sedangkan, di tahun 2024, sampai dengan minggu ke-11 saja, tercatat 35.556 kasus dengan kematian 290 kasus.

Penyakit demam berdarah memang sedang menjadi perhatian khusus. Maka itu, dibutuhkan intervensi dan edukasi terkait pencegahannya.

Terutama menjelang libur Lebaran, masyarakat harus tahu cara pencegahannya. Ya, dalam beberapa waktu ke depan, masyarakat Indonesia akan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Di momen tersebut tidak lepas dari budaya pulang ke kampung halaman atau mudik. 

Hal ini juga perlu menjadi perhatian, mengingat seorang individu tidak hanya berisiko terkena DBD, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi. Ketika seekor nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi virus dengue.

Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus tersebut kepada orang yang sehat dengan menggigit mereka. DBD tidak dapat menyebar secara langsung dari satu orang ke orang lain, diperlukan nyamuk untuk penularan virus demam berdarah.

Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah permukiman perkotaan, termasuk taman dan tempat bermain yang berada di dalamnya, di mana terdapat kemungkinan yang lebih tinggi untuk menemukan Aedes aegypti dan manusia yang terinfeksi, dibandingkan dengan daerah yang masih berhutan di mana Aedes aegypti dan manusia yang terinfeksi lebih kecil kemungkinannya untuk ditemukan. Hal ini karena nyamuk dengue dapat terbang beberapa ratus meter untuk mencari wadah berisi air dan bertelur, sehingga beberapa nyamuk per rumah tangga dapat menyebabkan wabah DBD yang besar.

Untuk itu, penerapan 3M Plus (menguras bak air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang tidak terpakai, juga mencegah gigitan danbperkembangbiakan nyamuk) menjadi kunci penting dalam pencegahan DBD, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif melalui vaksinasi. 

Dalam mendukung pencegahan DBD, PT Takeda Innovative Medicines dan Alodokter berkolaborasi dalam memerangi DBD di Indonesia. Kolaborasi tersebut direfleksikan ke dalam serangkaian kegiatan dan inisiatif, baik yang ditujukan kepada tenaga kesehatan, masyarakat umum, maupun karyawan, untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus dengue.

Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines mengatakan, DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan sampai saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk DBD. Hal ini menjadikan tindak pencegahan sebagai kunci.

"Oleh karena itu, kami menyambut baik kemitraan dengan Alodokter sebagai sumber informasi kesehatan tepercaya, untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengetahuan tenaga kesehatan tentang DBD, pencegahannya, serta penanganannya," kata Andreas melalui keterangannya belum lama ini.

Dia menambahkan, Takeda juga membangun kemitraan dengan Kementerian Kesehatan melalui kampanye bersama #Ayo3MplusVaksinDBD, yang mengajak masyarakat Indonesia untuk menerapkan 3M Plus secara konsisten guna membatasi populasi nyamuk, serta berkonsultasi dengan dokter mengenai intervensi inovatif melalui vaksinasi.

"Perlunya lebih banyak edukasi tentang DBD dan intervensi inovasi dalam pencegahan DBD. Masih banyak kesalahpahaman terkait risiko, tingkat keparahan, dan pencegahan dengue," katanya.

Menurutnya, di Indonesia, semua orang berisiko terkena DBD, tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidup. DBD memberikan dampak pada populasi usia aktif, dan merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak. 

"Perlindungan melalui vaksinasi direkomendasikan oleh asosiasi medis tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga orang dewasa. Oleh karena itu, marilah kita terus memperkaya diri kita dengan pengetahuan tentang DBD dan pencegahannya melalui sumber-sumber yang tepercaya, untuk melindungi diri dan orang-orang yang kita cintai," katanya.

Suci Arumsari, Pendiri dan Presiden Direktur Alodokter, mengatakan, saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan serius dalam penanganan kasus DBD. Meskipun upaya pencegahan dan pengendalian telah dilakukan, jumlah kasus DBD tetap menjadi perhatian utama dalam ranah kesehatan di negara ini.

"Faktor-faktor seperti cuaca yang ekstrem, urbanisasi yang cepat, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pemberantasan sarang nyamuk menjadi beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap tingginya angka kasus DBD. Kami percaya diperlukan kerja sama lintas sektor serta kesadaran masyarakat yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah ini secara efektif," ujarnya.

Tidak hanya itu, lanjut Suci, dia juga menyadari, pencegahan harus datang dari diri sendiri. Untuk itu, dia memastikan di kantornya, gerakan 3M Plus harus selalu diimplementasikan. 

"Jadi, kami sangat menghindari adanya tempat atau daerah yang memungkinkan terjadinya genangan air, atau penumpukan barang-barang, yang berpotensi menjadi tempat nyamuk dengue bertelur. Selain itu, kami juga mendorong karyawan kami untuk sama-sama mencegah penyebaran virus dengue, termasuk melalui pencegahan inovatif berupa vaksin. Pada akhirnya, lebih baik kita mencegah, daripada mengobati," tutur Suci.

Topik Menarik