Proyeksi Sepekan: Oversupply Membayangi, Harga Minyak Masih Rawan Tertekan
IDXChannel - Harga minyak dunia melemah pada Jumat (12/12/2025) pekan lalu, mencatat penurunan mingguan sekitar 4 persen seiring tekanan dari kelebihan pasokan (oversupply) di pasar global.
Peluang tercapainya kesepakatan damai Rusia-Ukraina juga turut menahan sentimen, menutupi kekhawatiran atas dampak penyitaan tanker minyak oleh Amerika Serikat di dekat Venezuela.
Kontrak berjangka (futures) minyak Brent turun 16 sen menjadi USD61,12 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 16 sen ke USD57,44 pada Jumat lalu.
Kedua patokan harga ini merosot sekitar 1,5 persen pada Kamis lalu dan turun lebih dari 4 persen sepanjang pekan lalu.
Proyeksi Sepekan
Harga minyak mentah masih berada dalam tekanan dan diperkirakan sulit bangkit dalam jangka pendek, seiring kekhawatiran kelebihan pasokan yang terus membayangi pasar.
Analis FXEmpire James Hyerczyk menilai, kondisi pasokan global menjadi faktor utama yang menahan pergerakan harga.
Pandangan ini sejalan dengan penilaian Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates, yang menyebut harga minyak terbebani situasi suplai, tercermin dari minimnya minat pelaku pasar untuk membeli saat harga terkoreksi.
Risiko geopolitik sempat mencuat setelah AS menyita sebuah tanker minyak yang terkena sanksi di dekat Venezuela.
Presiden AS Donald Trump menyatakan langkah tersebut bagian dari upaya penegakan hukum yang lebih luas, dengan kemungkinan penyitaan kapal lain. Namun, reaksi pasar terbilang terbatas.
Menurut Hyerczyk, pelaku pasar cenderung mengabaikan perkembangan tersebut karena pasokan global dinilai masih sangat melimpah dan dampaknya terhadap arus fisik minyak relatif kecil.
Absennya aksi beli lanjutan menegaskan bahwa isu geopolitik saja belum cukup untuk mengubah sentimen pasar saat ini.
Tekanan ke bawah juga diperkuat oleh proyeksi terbaru lembaga internasional. International Energy Agency (IEA) memperkirakan pasokan minyak global melampaui permintaan sebesar 3,84 juta barel per hari tahun depan, atau sekitar 4 persen dari konsumsi dunia.
Proyeksi ini memperkuat kekhawatiran pasar akan periode surplus yang berkepanjangan.
OPEC menyampaikan pandangan yang lebih seimbang dengan menilai pasokan dan permintaan global berpotensi mendekati titik keseimbangan pada 2026.
Meski demikian, investor ritel tampak lebih berpegang pada proyeksi jangka pendek IEA, sehingga tekanan terhadap harga minyak masih berlanjut.
Dari sisi teknikal, penutupan perdagangan Jumat pekan lalu membuat harga minyak WTI rentan melemah di awal pekan ini.
Pasar berpotensi menguji level terendah pekan ini di USD57,01. Grafik harian menunjukkan minimnya area support di bawah level tersebut hingga mendekati USD55,91.
Sementara di sisi atas, area resistance masih cukup kuat. Seller (penjual) diperkirakan menjaga level Fibonacci retracement di USD58,44, disusul retracement 50 persen di USD59,23 dan rata-rata pergerakan 50 hari (MA-50) di USD59,37.
Minat beli diperkirakan belum membaik sebelum harga mampu bertahan di atas MA-50.
Hyerczyk memperkirakan prospek jangka pendek harga minyak masih cenderung bearish. Ekspektasi kelebihan pasokan, yang diperkuat data IEA serta respons pasar yang lemah terhadap risiko geopolitik, terus membatasi peluang penguatan harga.
Selama buyer (pembeli) belum mampu merebut kembali area resistance kunci, harga minyak diperkirakan tetap berada dalam tekanan pada awal pekan ini. (Aldo Fernando)









