Masuk Fase Ekspansi, Profitabilitas Surge (WIFI) Tertekan

Masuk Fase Ekspansi, Profitabilitas Surge (WIFI) Tertekan

Ekonomi | idxchannel | Minggu, 14 Desember 2025 - 13:44
share

IDXChannel - PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau Surge (WIFI) mengalami tekanan profitabilitas seiring fase ekspansi mengembangkan jaringan internet di berbagai wilayah di Indonesia. Pada kuartal III-2025, laba bersih Surge tercatat Rp32 miliar, turun 78 persen secara kuartalan dan 48 persen secara tahunan.

Penurunan kinerja bottom line ini terjadi di tengah pendapatan Surge yang meningkat tajam. Pada kuartal III-2025, pendapatan perseroan menembus Rp500 miliar, mengakumulasi pendapatan sejak Januari 2025 sehingga mencapai Rp1 triliun.

Direktur Surge, Shannedy Ong menjelaskan, menurunnya laba bersih Surge karena lonjakan pada beban bunga akibat penerbitan obligasi. Dana hasil obligasi ini digunakan sepenuhnya untuk membiayai ekspansi.

Per 30 September 2025, utang obligasi Surge mencapai Rp2,5 triliun naik dari sebelumnya Rp600 miliar. Seiring kenaikan posisi obligasi ini, aset perseroan juga melesat menjadi Rp12,5 triliun.

Pasar bereaksi negatif terhadap laporan keuangan terbaru Surge. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga saham WIFI anjlok 15 persen ke Rp3.620 meski sejak awal tahun masih mencatatkan kenaikan hingga 783 persen.

"Meningkatnya beban bunga yang tercermin dalam Laporan Laba-Rugi Kuartall-III 2025 memang menekan laba bersih kami dalam jangka pendek," kata Shannedy melalui keterangan tertulis kepada IDX Channel, dikutip Minggu (14/12/2025).

"Namun, perlu ditekankan bahwa ini adalah Biaya Pertumbuhan (Cost of Growth), bukan kerugian. Dana Rp2,5 triliun ini adalah modal kerja produktif yang kami tanamkan di depan untuk mematangkan infrastruktur jaringan baru," ujar Shannedy.

Surge diketahui terus memperluas ekspansi. Setelah memenangkan lelang frekuensi 2,4 GHz, perseroan juga berencana memperluas jangkauan ke Pulau Sumatera dalam rangka menghadirkan internet dengan harga terjangkau.

Meski pasar bereaksi negatif terhadap kinerja laba, perseroan yakin investasi yang dilakukan perseroan menjadi fondasi kuat untuk menghasilkan pendapatan pada kuartal-kuartal mendatang.

Mantan Petinggi Qualcomm itu juga menilai, koreksi yang terjadi pada saham WIFI merupakan hal yang wajar dan bersifat jangka pendek. Sebagai perusahaan yang sedang tumbuh, perseroan juga telah mengamankan pendanaan untuk ekspansi sekaligus mitra strategis dari Jepang, NTT East yang bersifat jangka panjang.

"Masuknya mereka (NTT East) baru terjadi di awal kuartal III. Sinergi operasional, transfer teknologi, dan efisiensi jaringan tidak terjadi dalam semalam. Pasar belum sepenuhnya menghargai valuasi dari kemitraan ini karena dampaknya ke bottom line membutuhkan waktu inkubasi 6 hingga 12 bulan. Ini adalah katalisator pertumbuhan masa depan, bukan sekadar suntikan dana sesaat," ujar Shannedy.

(Rahmat Fiansyah)

Topik Menarik