Israel Serang Lebanon Usai Pembicaraan Langsung untuk Pertama Kalinya dalam Beberapa Dekade
JAKARTA - Militer Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah Lebanon selatan. Serangan itu kurang dari sehari setelah Israel dan Lebanon untuk pertama kalinya mengadakan pembicaraan langsung dalam beberapa dekade.
1. Israel Serang Lebanon
Warga kota Mjadel, Baraachit, Jbaa, dan Mahrouna diperintahkan mengungsi dari area di sekitar lokasi yang diduga militer Israel sebagai gudang senjata milik Hizbullah, kelompok yang didukung Iran tersebut. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Melansir BBC, Jumat (5/12/2025), seorang juru bicara militer Israel mengatakan, lokasi-lokasi tersebut merupakan pelanggaran gencatan senjata. Ia memperingatkan bahwa mereka akan terus beroperasi "untuk menghilangkan ancaman apa pun" terhadap Israel.
Israel telah melancarkan serangan hampir setiap hari di Lebanon sejak gencatan senjata berlaku pada November 2024, setelah 13 bulan konflik.
Pesawat Kargo UPS MD-11 Jatuh dan Meledak, Korban Tewas Jadi 12 Orang Beberapa Masih Hilang
Tidak ada komentar langsung dari para pemimpin Lebanon menanggapi serangan Kamis tersebut. Para politisi Lebanon sebelumnya telah mengecam serangan serupa sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Berdasarkan fase pertama kesepakatan yang ditengahi oleh AS dan Prancis, pasukan Israel akan ditarik dari Lebanon selatan. Sementara Hizbullah akan menarik para pejuang dan persenjataannya dari selatan Sungai Litani, sekitar 30 km (20 mil) dari perbatasan dengan Israel. Ini merupakan rencana yang ditentang oleh kelompok tersebut dan sekutunya.
Israel telah mempertahankan posisi di beberapa lokasi perbatasan strategis dan meningkatkan serangan udaranya dalam beberapa pekan terakhir. Para pejabat mengatakan eskalasi ini didorong oleh upaya Hizbullah untuk membangun kembali infrastruktur militernya dan apa yang mereka anggap sebagai upaya terbatas pemerintah Lebanon untuk melucuti senjata kelompok tersebut.
2. Pembicaraan Langsung Pertama dalam Beberapa Dekade
Serangan hari Kamis terjadi kurang dari 24 jam setelah Israel dan Lebanon mengirim utusan sipil ke kota perbatasan Lebanon, Naqoura, untuk perundingan langsung pertama mereka dalam beberapa dekade.
Perundingan tersebut, yang diselenggarakan di markas besar misi penjaga perdamaian PBB, Unifil, berlangsung selama pertemuan komite pemantau gencatan senjata, yang hingga saat ini hanya beranggotakan perwira militer dari AS, Prancis, Lebanon, Israel, dan Unifil.
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan pertemuan tersebut "berlangsung dalam suasana yang baik".
"Disepakati bahwa gagasan-gagasan akan dirumuskan untuk memajukan kemungkinan kerja sama ekonomi antara Israel dan Lebanon".
Pernyataan tersebut juga menyatakan, utusan Israel "menegaskan bahwa pelucutan senjata Hizbullah adalah wajib, terlepas dari kemajuan kerja sama ekonomi".
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam bersikap lebih hati-hati, dengan mengatakan bahwa Lebanon masih "jauh" dari normalisasi diplomatik dengan Israel dan bahwa pembicaraan difokuskan pada "meredakan ketegangan".
"Kami belum memasuki perundingan damai," ujarnya kepada para wartawan.
Ia menambahkan, prioritas Lebanon adalah penghentian permusuhan, pembebasan tahanan Lebanon yang ditahan oleh Israel, dan penarikan penuh Israel dari wilayahnya.
Ini Perolehan Suara Zohran Mamdani, Menang Telak di Pilwalkot New York Kalahkan Jagoan Trump
Ia menambahkan, Beirut terbuka terhadap pengerahan pasukan Prancis dan AS untuk membantu memverifikasi upaya pelucutan senjata Hizbullah.
Serangan dan langkah diplomatik terbaru bertepatan dengan kunjungan delegasi Dewan Keamanan PBB ke Lebanon untuk meninjau pelaksanaan gencatan senjata yang terhenti.



