Duduk Perkara PM Thailand Dianggap Musuh Negara Gara-gara Panggil Eks PM Kamboja Paman

Duduk Perkara PM Thailand Dianggap Musuh Negara Gara-gara Panggil Eks PM Kamboja Paman

Global | sindonews | Senin, 30 Juni 2025 - 10:29
share

Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Ibu Kota Thailand, Bangkok, pada akhir pekan lalu menuntut pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Paetongtarn Shinawatra. Geger di Thailand ini bermula dari panggilan telepon PM Paetongtarn Shinawatra dengan mantan PM Kamboja Hun Sen bocor.

Dalam panggilan telepon tersebut, yang membahas insiden baru-baru ini di perbatasan kedua negara, PM perempuan Thailand itu memanggil Hun Sen dengan sebutan "paman". Dia juga mengatakan seorang komandan militer Thailand yang menangani perselisihan tersebut "hanya ingin terlihat keren dan mengatakan hal-hal yang tidak berguna."

Panggilan telepon tersebut telah memicu kemarahan publik. Paetongtarn meminta maaf, tetapi membela panggilan teleponnya tersebut sebagai "teknik negosiasi".

Baca Juga: Raja Terkaya di Dunia Maha Vajiralongkorn: dari 17.000 Properti, 300 Mobil Mewah, hingga 52 Kapal Emas

Sebelum berangkat mengunjungi wilayah utara Thailand yang dilanda banjir, Paetongtarn mengatakan kepada wartawan, "Hak rakyat untuk berunjuk rasa, asalkan dilakukan dengan damai."Unjuk rasa hari Sabtu itu merupakan unjuk rasa terbesar sejak partai berkuasa Pheu Thai berkuasa pada tahun 2023.

Ribuan orang menerjang hujan monsun dan memblokir jalan di tugu peringatan perang Victory Monument di Bangkok, mengibarkan bendera Thailand dan memegang plakat bertuliskan slogan-slogan seperti "PM adalah musuh negara".

Pemimpin protes Parnthep Pourpongpan mengatakan; "PM harus menyingkir karena dialah masalahnya."

Seri Sawangmue (70), melakukan perjalanan semalam dengan bus dari wilayah utara negara itu untuk bergabung dalam protes tersebut.

Dia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia ada di sana untuk melindungi kedaulatan Thailand dan mengatakan bahwa PM tidak layak."Saya telah melalui banyak krisis politik dan saya tahu ke mana arahnya," ujarnya, seperti dikutip BBC, Senin (30/6/2025).

Paetongtarn mengatakan bahwa dia tidak akan lagi melakukan panggilan telepon dengan mantan pemimpin Kamboja tersebut, tetapi Parnthep mengatakan kepada Reuters bahwa banyak orang Thailand merasa bahwa dia dan ayahnya yang berpengaruh sedang dimanipulasi oleh Hun Sen.

Paetongtarn (38) adalah putri Thaksin Shinawatra, mantan PM Thailand yang digulingkan dan pulang ke Thailand Agustus lalu setelah 15 tahun mengasingkan diri.

Paetongtarn baru menjabat selama 10 bulan dan merupakan PM wanita kedua di negara tersebut, yang pertama adalah bibinya; Yingluck Shinawatra.

Para demonstran menyerukan diakhirinya kepemimpinan Shinawatra.Unjuk rasa tersebut diselenggarakan oleh sebuah koalisi yang telah memprotes pemerintahan yang dipimpin Shinawatra selama lebih dari dua dekade.

Kelompok tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dibacakan kepada khalayak bahwa cabang eksekutif dan Parlemen tidak bekerja "demi kepentingan demokrasi dan monarki konstitusional."

Selain bendera dan plakat, orang-orang membawa payung untuk melindungi diri dari hujan. Saat hujan berhenti, pelangi terbentuk di atas Victory Monument.

Pada hari Selasa besok, Mahkamah Konstitusi akan memutuskan apakah akan menerima petisi dari para senator yang meminta pemecatan PM Paetongtarn karena dugaan ketidakprofesionalan atas panggilan telepon dengan Hun Sen.

Hun Sen mengatakan bahwa dia telah membagikan klip audio tersebut dengan 80 politisi dan salah satu dari mereka membocorkannya. Dia kemudian membagikan seluruh rekaman berdurasi 17 menit tersebut di halaman Facebook-nya.Panggilan telepon tersebut membahas tentang perselisihan terkini antara Kamboja dan Thailand, yang menyebabkan ketegangan meningkat pada akhir Mei setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam bentrokan perbatasan, yang membuat hubungan kedua negara jatuh ke titik terendah dalam lebih dari satu dekade.

Namun, ketegangan antara kedua negara tersebut sudah ada sejak lebih dari satu abad yang lalu, ketika perbatasan dibuat setelah pendudukan Prancis di Kamboja.

Keduanya telah memberlakukan pembatasan perbatasan satu sama lain, sementara Kamboja telah melarang impor Thailand mulai dari makanan hingga listrik, serta drama televisi dan sinema Thailand.

Meskipun ada ketegangan antara negara mereka, persahabatan keluarga Shinawatra dengan keluarga Hun telah terjalin selama beberapa dekade, dan ayah dari Hun Sen dan Paetongtarn menganggap satu sama lain sebagai "saudara baptis".

Topik Menarik