Kemenkes: 2 Ribuan Calon Dokter Spesialis di Indonesia Alami Gejala Depresi

Kemenkes: 2 Ribuan Calon Dokter Spesialis di Indonesia Alami Gejala Depresi

Gaya Hidup | sindonews | Selasa, 16 April 2024 - 10:40
share

Dokter merupakan salah satu profesi yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bahkan banyak anak muda yang bercita-cita menjadi dokter.

Namun, perjalanan untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah, terlebih jika sudah melanjutkan pendidikan untuk menjadi dokter spesialis. Tak jarang para calon dokter spesialis ini mengalami masalah mental berupa depresi.

Berdasarkan data dari Kemenkes, dikutip dari akun X @txtdarijasputih, Selasa (16/4/2024), para calon dokter spesialis yang sedang dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Vertikal (RSV) atau rumah sakit yang berada di bawah pengelolaan pemerintah pusat mengalami gejala depresi ringan hingga sedang.

Terdapat 1.977 calon dokter spesialis yang mengalami gejala depresi ringan dengan nilai tes 5-9. Kemudian, sebanyak 486 calon dokter spesialis mengalami gejala depresi sedang, dengan total nilai tes 10-14. Sedangkan untuk calon dokter spesialis yang mengalami depresi sedang hingga berat tercatat ada 178 orang dengan hasil tes depresi 15-19.

Untuk gejala depresi berat dengan total nilai tes 10-27, tercatat ada sebanyak 75 calon dokter spesialis.

Dari total 2.714 PPDS RSV, tercatat ada 614 calon dokter spesialis yang mengalami gejala depresi berasal dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan 350 calon dokter spesialis dari RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Lalu diikuti dengan 326 calon dokter spesialis dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 284 calon dokter spesialis yang berasal dari RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Denpasar, dan 240 calon dokter spesialis dari RS Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Adapun calon dokter yang sedang mengikuti pendidikan spesialis Neurologi yang mengalami gejala depresi sebanyak 164 orang, dan spesialis Obgyn ada 153 orang.

Hal ini tentu perlu menjadi perhatian khusus pemerintah maupun instansi pendidikan terkait untuk menghindari adanya peningkatan kasus. Terlebih saat ini daerah pelosok di Indonesia masih banyak yang membutuhkan dokter spesialis untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

Topik Menarik