Sambangi UIN Alauddin, Habib Ja`far Tanamkan Moderasi Beragama

Sambangi UIN Alauddin, Habib Ja`far Tanamkan Moderasi Beragama

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 16 Agustus 2022 - 17:34
share

MAKASSAR Pendakwah Habib Husein Ja\'far Al Hadar hadir di tengah-tengah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar . Kedatangannya untuk menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada seluruh sivitas akademika UIN Alauddin.

Dalam workshop moderasi beragama yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bekerja sama dengan Fakultas Dakwah dan Komunikasi itu, Habib Jafar menekankan pentingnya memiliki sikap moderat. Sebab, Islam sendiri merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi moderasi beragama.

Panduan dalam menyikapi perbedaan antar agama, kata dia, semua sudah diatur dalam Islam. Bahkan, perbedaan di internal Islam pun juga semua sudah ada aturannya.

"Dalam salat subuh misalnya, ada yang pake qunut, ada yang tidak, silakan. Tidak ada yang salah, semua punya pertanggungjawaban masing-masing. Yang salah itu adalah yang salat subuh pukul setengah 7," beber Habib Husein yang diiringi tawa peserta workshop, Selasa (16/8/2022).

Dia menjelaskan, moderasi dalam berislam adalah sikap menjadi seperti wasit. Melihat dari tengah dan tidak berpihak ke kanan dan kiri. Dengan begitu, segala sesuatu bisa dilihat secara utuh. Sementara dalam menghadapi orang yang bertikai, orang moderat akan bersikap adil dengan berpihak kepada yang benar.

"Orang moderat juga harus punya integritas secara moral. Kalau kamu tidak salat, kamu tidak pantas menyuruh orang untuk salat. Kalau kamu tidak damai, kamu tidak akan bisa menjadi juru damai," papar dia.

Lebih jauh, Habib Jafar membeberkan tiga bukti bahwa Islam adalah agama yang moderat. Pertama, Islam adalah agama yang menggembirakan, bukan menakutkan. Sehingga sudah sepatutnya Islam disebarkan dengan kebahagiaan, bukan dengan menakut-nakuti.

Kedua, Islam selalu mempermudah, bukan mempersulit. Orang moderat, disebutnya akan mencari cara mudah untuk mengajak orang lain masuk keharibaan Islam.

"Kalau ketemu orang yang mengajarkan Islam dengan ruwet, tinggalkan saja," tegasnya.

Terakhir, dia menyatakan bahwa Islam adalah agama yang menyatukan, bukan untuk mencerai berai. Sebab orientasi Islam pada dasarnya adalah mencari persatuan, bukan mencari perbedaan untuk dipertengkarkan.

"Perbedaan itu saling melengkapi. Perbedaan itu adalah sunnatullah. Kalau Anda tidak mau mau ada perbedaan, sama saja Anda menetang sunnatullah. Karena berbeda itu tidak mesti salah satunya salah," pungkas Habib Jafar.

Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga , Prof. Faisal Abdullah menyatakan, tak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan ataupun tindakan-tindakan yang tidak beradab. Semua ajaran agama, kata dia, adalah ajaran tentang kebaikan.

"Semua ajaran agama adalah ajaran tentang kebaikan. Memajukan kebaikan untuk menghilangkan keburukan. Keburukan itu pasti ada, tapi kalau bisa dikurangi," jelasnya.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama , Prof. Kamaruddin Amin, menambahkan, tak dapat dipungkiri jika cara pandang dan perilaku beragama yang berlebihan tengah berkembang. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi semua pihak.

Kecintaan berlebihan terhadap agama terkadang membuat beberapa oknum menjadi ekstrem dalam berperilaku dan beragama. Padahal menurutnya, agama itu harus menjadi instrumen yang membuat kehidupan manusia menjadi baik, positif, dan mendatangkan kemaslahatan serta membahagiakan.

"Agama tidak boleh jadi instrumen yang menciptakan disharmoni, sumber malapetaka, hingga dieksploitasi oleh kelompok tertentu untuk kepentingan jangka pendek yang kontraproduktif dengan tujuan agama itu sendiri," tandasnya.

(luq)

Topik Menarik