The Fed Proyeksi hanya Satu Kali Pemangkasan Suku Bunga di 2026

The Fed Proyeksi hanya Satu Kali Pemangkasan Suku Bunga di 2026

Ekonomi | idxchannel | Kamis, 11 Desember 2025 - 08:00
share

IDXChannel - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 3,50–3,75 persen, Rabu (10/12/2025) waktu setempat. Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

Namun, para pemberi kebijakan berpandangan bahwa penurunan suku bunga berikutnya kemungkinan akan ditahan sementara waktu. Dibutuhkan sinyal yang lebih jelas terkait arah pasar tenaga kerja dan inflasi yang dinilai masih cukup tinggi.

Melansir Investing, Kamis (11/12/2025), proyeksi baru yang dirilis setelah pertemuan dua hari bank sentral AS menunjukkan bahwa mayoritas pembuat kebijakan memperkirakan hanya satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 2026, sama seperti proyeksi September. 

Meski demikian, mereka memiliki pandangan ekonomi yang lebih optimistis di mana inflasi diperkirakan melambat ke sekitar 2,4 persen pada akhir tahun depan, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menguat ke 2,3 persen atau berada di atas tren, dan tingkat pengangguran bertahan di sekitar 4,4 persen.

Dalam pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), tertulis bahwa komite akan secara hati-hati menilai data yang masuk dalam mempertimbangkan skala dan waktu penyesuaian suku bunga selanjutnya. 

Bahasa yang digunakan ini dalam beberapa kasus sebelumnya dipahami sebagai sinyal jeda kebijakan, berlawanan dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga tahun depan.

Sebelumnya, keputusan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,50–3,75 persen menuai tiga perbedaan pendapat (dissent). 

Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid menilai suku bunga seharusnya ditahan, sementara Gubernur Fed Stephen Miran kembali mendorong pemangkasan yang lebih besar, yakni 50 basis poin.

Arah kebijakan moneter selanjutnya akan sangat ditentukan oleh data ekonomi yang masih tertunda akibat dampak penutupan pemerintahan federal selama 43 hari pada Oktober–November. 

Situasi ini terjadi menjelang tahun pemilu paruh waktu AS, ketika kinerja ekonomi diperkirakan menjadi isu utama, sementara Presiden Donald Trump terus mendorong pemangkasan suku bunga yang lebih agresif.

(NIA DEVIYANA)

Topik Menarik