Sektor Komoditas Dinilai Potensial di 2026, Begini Prospeknya

Sektor Komoditas Dinilai Potensial di 2026, Begini Prospeknya

Ekonomi | idxchannel | Minggu, 7 Desember 2025 - 05:20
share

IDXChannel - Mirae Asset Sekuritas menyampaikan, di tengah ketidakpastian global, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap berada pada posisi yang relatif kuat memasuki 2026.

Kekuatan tersebut ditopang oleh stabilitas makro, penguatan konsumsi domestik, serta prospek komoditas yang masih konstruktif.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, sinergi yang semakin kuat antara kebijakan fiskal dan moneter, potensi penguatan rupiah, serta dorongan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi fondasi utama bagi sentimen pasar dan pertumbuhan ekonomi nasional di 2026.

“Sektor komoditas khususnya emas, batu bara, dan nikel diproyeksikan tetap memainkan peran strategis dalam menopang kinerja eksternal Indonesia dan memberikan peluang investasi bagi pelaku pasar,” ujarnya dalam siaran pers, dikutip Sabtu (6/12/2025).

Berdasarkan proyeksi Mirae Asset, ekonomi nasional diperkirakan tumbuh 5,3 persen pada 2026 dan 5,4 persen pada 2027, dengan inflasi stabil di kisaran 2,5 persen. Nilai tukar rupiah juga diproyeksikan menguat menuju Rp16.500 per USD pada akhir 2026, seiring melemahnya indeks DXY dan membaiknya koordinasi kebijakan fiskal moneter.

Rully menyebut, kondisi global pada 2026 akan ditandai oleh perlambatan ekonomi China, meningkatnya proteksionisme Amerika Serikat, serta berlanjutnya siklus pemangkasan suku bunga di negara maju.

Meski demikian, Indonesia dinilai tetap resilien karena ekspor komoditas utama termasuk emas, batu bara, dan ferroalloys masih menunjukkan ketahanan permintaan.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Research Analyst Mirae Asset Farras Farhan memaparkan, 2026 akan menjadi tahun dengan divergensi yang sangat jelas antara komoditas utama. 

Menurutnya, emas diperkirakan tetap menjadi aset unggulan, dengan harga yang berpotensi bertahan di atas USD4.000 per ons, ditopang ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, permintaan bank sentral global yang terus meningkat, serta pemulihan arus masuk Exchange-Traded Fund (ETF).

“Emas menjadi aset yang paling defensif dan atraktif tahun depan, sementara batu bara tetap solid dari sisi arus kas dan nikel menghadapi proses penyesuaian pasar yang panjang,” kata dia.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diproyeksikan mendapat manfaat dari harga emas yang tetap tinggi. 

Untuk batu bara, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dinilai solid berkat arus kas kuat dan penguatan hilirisasi, termasuk proyek aluminium hijau ADMR. 

Sementara itu, PT Harita Nickel Tbk (NCKL) dipandang menarik di segmen nikel melalui integrasi rantai pasok, dan PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dinilai prospektif sebagai emiten berorientasi dividen.

Selain komoditas, Mirae Asset juga melihat prospek positif pada sektor konsumsi, telekomunikasi, dan infrastruktur digital. Perluasan program Makan Bergizi Gratis (MBG) diperkirakan meningkatkan permintaan protein dan produk Fast-Moving Consumer Goods (FMCG).

“Sementara tren penurunan suku bunga membuka peluang re-rating pada sektor menara telekomunikasi dan jaringan fiber,” kata Farras.

(Dhera Arizona)

Topik Menarik