Harga Minyak Naik, Pasar Cermati Sentimen Suku Bunga dan Stagnasi Dialog Ukraina
IDXChannel - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Kamis (4/12/2025), didorong ekspektasi investor bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga.
Sementara itu, tersendatnya pembicaraan damai Ukraina meredam harapan tercapainya kesepakatan yang dapat memulihkan aliran minyak Rusia.
Minyak Brent naik 0,94 persen, menjadi USD63,26 per barel. West Texas Intermediate (WTI) terkerek 1,22 persen, menjadi USD59,67 per barel.
Kontrak minyak mentah AS sempat melonjak lebih dari USD1 per barel pada awal sesi, dipicu ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga AS akan menopang ekonomi terbesar dunia dan permintaan minyak, setelah data menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja.
Dolar AS melemah dan berada di jalur penurunan 10 hari beruntun terhadap sekeranjang mata uang utama, sehingga membuat minyak lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
“Saya pikir potensi pemangkasan suku bunga menjadi faktor utama yang sekarang menggerakkan harga minyak,” kata analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, dikutip Reuters.
Ketegangan yang meningkat antara AS dan Venezuela juga menopang harga, seiring kekhawatiran berkurangnya pasokan minyak dari negara Amerika Selatan itu.
“Harga minyak acuan berpotensi terdampak signifikan oleh meningkatnya ketegangan militer antara AS dan Venezuela,” tulis analis Rystad Energy dalam sebuah catatan.
Analis Rystad menambahkan, pemerintahan Presiden AS Donald Trump terus meningkatkan tekanan terhadap Presiden Venezuela Nicolás Maduro, yang mengisyaratkan kemungkinan langkah militer AS.
Persepsi bahwa pembahasan rencana perdamaian Ukraina kembali buntu turut mendukung harga minyak, setelah utusan Trump keluar dari perundingan dengan Kremlin tanpa terobosan untuk mengakhiri perang.
“Perang dan dinamika politik, yang diimbangi stok yang cukup, ekspektasi surplus pasokan, dan strategi pangsa pasar OPEC, membuat Brent bertahan di kisaran USD60-USD70 untuk saat ini,” tulis analis PVM.
Sebelumnya, harapan akan berakhirnya perang sempat menekan harga karena pelaku pasar memperkirakan kesepakatan dapat membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global yang sudah kelebihan suplai.
Ukraina menyerang pipa minyak Druzhba di wilayah Tambov, Rusia tengah, menurut sumber intelijen militer Ukraina pada Rabu.
Serangan ini merupakan yang kelima terhadap pipa yang menyalurkan minyak Rusia ke Hungaria dan Slovakia.
Operator pipa dan perusahaan energi Hungaria menyatakan aliran minyak tetap berjalan normal.
“Kampanye drone Ukraina terhadap infrastruktur penyulingan Rusia kini memasuki fase yang lebih berkelanjutan dan terkoordinasi,” kata konsultan Kpler dalam sebuah laporan riset.
“Hal ini menekan kapasitas penyulingan Rusia menjadi sekitar 5 juta barel per hari pada periode September-November, turun 335.000 barel per hari secara tahunan, dengan bensin menjadi yang paling terdampak dan produksi gasoil juga menurun signifikan,” tulis laporan tersebut.
Persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS meningkat pekan lalu seiring aktivitas penyulingan yang naik, menurut Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Stok minyak mentah naik 574.000 barel menjadi 427,5 juta barel pada pekan yang berakhir 28 November, dibandingkan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 821.000 barel.
Fitch Ratings pada Kamis memangkas asumsi harga minyak 2025-2027 untuk mencerminkan kelebihan pasokan dan pertumbuhan produksi yang diperkirakan melampaui permintaan.
Arab Saudi menetapkan harga jual resmi Arab Light untuk pengiriman Januari ke Asia sebesar USD0,60 per barel di atas rata-rata Oman/Dubai, level terendah dalam lima tahun, menurut dokumen harga yang dilihat Reuters.
Sementara itu, produksi minyak dan kondensat gas Kazakhstan turun 6 persen dalam dua hari pertama Desember, menurut sumber industri, setelah serangan drone Ukraina terhadap fasilitas pemuatan Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di Laut Hitam. (Aldo Fernando)










