Penyesalan DN Aidit Sang Ketua PKI Sebelum Tertangkap dan Akhirnya Dieksekusi

Penyesalan DN Aidit Sang Ketua PKI Sebelum Tertangkap dan Akhirnya Dieksekusi

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 30 September 2022 - 14:07
share

DN Aidit pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) berusaha menyelamatkan diri setelah peristiwa 30 September 1965 terjadi. PKI yang sukses dalam perolehan suara Pemilu 1955 bersama PNI, Masyumi, NU, dan PSI, justru lumpuh secara organisasi.

Dalam situasi yang kacau, DN Aidit kabur ke wilayah Jawa Tengah dengan kondisi fisik yang tidak baik. Meski begitu, dalam persembunyiannya Aidit yang merupakan seorang menteri koordinator sekaligus wakil ketua MPRS, berharap besar adanya solusi politik dari Presiden kala itu, Bung Karno.

Satu pekan sebelum penangkapan, Munir, salah seorang tokoh Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), menyatakan sempat bertemu Aidit. Dalam pertemuan singkat, Munir melihat Aidit yang panik dan seolah enggan melanjutkan perjuangan. Tidak ada petunjuk yang diterima Munir dari sang ketua partai. Yang terlihat dari seorang DN Aidit justru rasa penyesalan.

Seperti yang tertulis dalam buku G30S dan Kejahatan Negara, DN Aidit mengatakan "Borjuasi memang kuat betul, sudah digoyang-goyang begitu rupa belum juga bisa tumbang!"

Munir yang pada tahun 1967-1968 terlibat aktif mempraktikkan tesis Kritik Oto Kritik (KOK) Sudisman di Blitar Selatan, Jawa Timur, menyimpulkan bahwa DN Aidit bukanlah seorang pemimpin yang tangguh. Meskipun ia sukses membawa PKI memperoleh suara lima besar di Pemilu 1955, Adit bukan sosok pemimpin yang berpengalaman memimpin aksi massa. Munir menambahkan, Aidit bahkan tidak pernah memimpin aksi buruh dalam memperjuangkan tuntutan.

Hal inilah yang membuat Aidit tidak mampu menemukan jalan keluar saat partainya berantakan. Ia bahkan tidak sanggup memberi petunjuk konkret yang bisa dilaksanakan anak buahnya.

DN Aidit akhirnya tertangkap pada 22 November 1965. Pemimpin tertinggi PKI tersebut dibekuk di wilayah Solo, Jawa Tengah, di kediaman Kasim alias Harjo Martono, seorang warga setempat.

Aidit kemudian dieksekusi di wilayah Boyolali, Jawa Tengah, dalam perjalanan menuju ke Jakarta. Kabar yang beredar, sang tokoh PKI itu ditembak mati di dekat sebuah sumur tua di tengah kebun pisang.

Topik Menarik