Ekonom Sebut Kenaikan BBM Sebuah Mekanisme yang Tidak Kreatif

Ekonom Sebut Kenaikan BBM Sebuah Mekanisme yang Tidak Kreatif

Ekonomi | BuddyKu | Senin, 5 September 2022 - 02:36
share

IDXChannel - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai bahwa diberlakukannya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) merupakan bentuk mekanisme yang paling tidak kreatif dari pemerintah.

"Alih-alih melakukan pembatasan dengan menyasar pengguna solar misalnya yang selama ini dinikmati industri skala besar, pertambangan dan perkebunan besar tapi cara pemerintah justru mengambil langkah naikkan harga BBM subsidi. Kenaikan harga merupakan mekanisme yang paling tidak kreatif!" ujar Bhima, Minggu (4/9/2022).

Sementara, menurut Bhima, bansos yang hanya melindungi orang miskin dalam waktu empat bulan tidak akan cukup dalam mengkompensasi efek kenaikan harga BBM secara keseluruhan.

"Misalnya ada kelas menengah rentan, sebelum kenaikan harga Pertalite masih sanggup membeli di harga 7.650 per liter, sekarang harga Rp10.000 per liter mereka turun kelas jadi orang miskin," tutur Bhima.

Ditambahkannya, data orang rentan miskin ini sangat mungkin tidak tercover dalam BLT BBM karena adanya penambahan orang miskin paska kebijakan BBM subsidi naik. Pemerintah perlu mempersiapkan efek berantai naiknya jumlah orang miskin baru dalam waktu dekat.

Bhima menyatakan bahwa kenaikan harga BBM subsidi ini akan memberikan ancaman naiknya inflasi yang signifikan tanpa dibarengi dengan kesempatan kerja. Karena BBM bukan sekedar harga energi dan spesifik biaya transportasi kendaraan pribadi yang naik, tapi juga ke hampir semua sektor terdampak.

"Misalnya harga pengiriman bahan pangan akan naik disaat yang bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal, terutama pupuk," ungkap Bhima.

Bhima juga memprediksi bahwa inflasi pangan kembali menyentuh dobel digit atau diatas 10 persen per tahun pada September 2022 ini. Sementara inflasi umum diperkirakan menembus di level 7 hingga 7,5 persen hingga akhir tahun dan memicu kenaikan suku bunga secara agresif.

"Konsumen ibaratnya akan jatuh tertimpa tangga berkali kali, belum sembuh pendapatan dari pandemi, kini sudah dihadapkan pada naiknya biaya hidup dan suku bunga pinjaman," papar Bhima.

Seperti yang diketahui, harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Sedangkan harga Solar naik dari dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Harga Pertamax non subsidi juga naik menjadi Rp14.500 dari sebelumnya Rp12.500. (TSA)

Topik Menarik