Demi Uang Perjaka Batavia Tergoda Janda-Janda Pejabat Belanda, Orang China Sewa PSK di Mangga Dua

Demi Uang Perjaka Batavia Tergoda Janda-Janda Pejabat Belanda, Orang China Sewa PSK di Mangga Dua

Ekonomi | BuddyKu | Jum'at, 29 Juli 2022 - 11:22
share

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Museum Sejarah Jakarta menyimpan segudang cerita di Batavia. Salah satunya sebuah pedang sepanjang lebih satu meter yang disebtu sebagai "Pedang Keadilan". Pedang yang tampak kehitaman karena tuanya itu tersimpan di sebuah tempat di sudut kanan gedung yang telah berusia sekitar tiga abad itu. Melihat pedang tersebut kita akan menduga bahwa sang algojo mestilah seorang yang memiliki tenaga kuat.

Tentu saja kita tidak tahu berapa kepala yang terpenggal oleh ayunan pedang keadilan yang masih dapat kita saksikan itu. Yang jelas, pada 6 Juni 1629, seorang perwira muda VOC berusia 16 tahun bernama Contenhoeff pernah dihukum pancung di halaman muka Balaikota.

Di era Kolonial, Pemerintah Hindia Belanda melarang para pejabat dan warganya yang datang ke Batavia membawa istri, anak atau kekasih. Alasannya karena menempuh perjalanan jauh dan penuh risiko, pada tahun 1630 pemerintah kolonial di Belanda melarang untuk mengirim wanitanya ke Asia. Suatu perkecualian dibuat bagi pegawai tinggi yang diizinkan membawa istri dan anak-anak mereka.

Akibatnya, Batavia menjadi daerah dengan banyak lelaki dan hanya sedikit wanita berkulit putih. Karena itulah mereka (orang-orang Belanda) mengawini para budak untuk dijadikan nyai, dan lahirlah keturunan Indo-Belanda.


Di Batavia orang Belanda memakai istilah mestizen untuk menyebut orang berdarah campuran antara Asia dan Eropa. Mereka memakai bahasa Portugis, umumnya bahasa yang dipakai pada abad ke-19 di Batavia.

Sejarawan Belanda, Hans Bonke, menyebutkan, janda-janda kaya dari pegawai Kompeni sangat disukai sebagai istri seorang bujangan yang ambisius. Dengan demikian terjadi hubungan keluarga di antara keluarga-keluarga penting yang mempengaruhi masa depan seseorang.

Lamanya perjalanan dari Belanda ke Batavia dengan kapal layar berbulan-bulan mengakibatkan rumah bordir banyak berdiri di Batavia sejak abad ke-17. Tentu saja tempatnya sekitar Pelabuhan Sunda Kalapa atau di sekitar Menara Syahbandara. Juga di Mangga Besar, Jakarta Barat, terdapat tempat pelacuran yang sama.

Orang Tionghoa menyebut pelacur sebagai suhian. Mungkin inilah awal kata ejekan sowean untuk seseorang dengan kata kasar. Di Mangga Besar, tempat pelacuran disebut macaupo, karena para PSK-nya didatangkan dari Macau.

Sampai abad ke-19 penisilin belum ditemukakan. Mereka yang terkena penyakit kelamin disebut terkena raja singa. Karena jalan orang yang terkena penyakit itu ngengkang, mereka disebut pehong berasal dari kata Tionghoa pehyong.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:
> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Topik Menarik