Melirik Potensi `Ecoprint` Desa Suak Gual

Melirik Potensi `Ecoprint` Desa Suak Gual

Ekonomi | BuddyKu | Senin, 27 Juni 2022 - 22:30
share

SUAK GUAL - Suasana pagi yang cerah, ditambah kicauan burung camar laut menyemangati warga Desa Suak Gual, Kecamatan Selat Nasik, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Sebagian istri nelayan memulai aktivitas di Balai Adat dengan membuat kerajinan ecoprint.

Ruminah (49), terlihat sibuk memilah daun-daun yang ia kumpulkan bersama para istri nelayan lain. Dengan penuh ketelatenan, jari-jari tangan lentiknya memadupadankan dedaunan dengan apik di atas kain kanvas.

"Harus pelan-pelan saat menempelkan dedaunannya, soalnya agak rumit," tuturnya kepada MNC Portal, Senin (27/6/2022).

Pewarna alami yang sering ia gunakan dalam membuat ecoprint ini adalah daun ketapang. Sedangkan untuk motifnya, menggunakan Daun Jarak, Daun Simpur, Daun Gelang, Daun Kletak hingga rerumputan.

Menurut Ruminah, mengerjakan ecoprint ini memiliki keunikan tersendiri. Hasil akhirnya sulit ditebak. Padahal, motif pada lembar kain telah ia sesuaikan dengan daun atau bunga yang ditempel. Namun, gradasi warna yang dihasilkan serta detail bentuknya tak pernah sama.

"Misalnya daun simpur dipakai pewarna (dari) secang jadinya apa, kalau kita tarokan (taruh) di warna tengger, jadinya apa, harus tau. Jadi setiap warna berbeda," jelas Ibu tiga anak ini.

Dikatakan Ruminah, dalam proses pembuatannya, penataan daun atau bunga tak boleh dilakukan sembarangan supaya menghasilkan selembar kain dengan komposisi seimbang. Baik warna maupun jejak daun. Perlu memakan waktu hingga dua hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Proses pembuatan yang agak rumit dan perlu ketelatenan itulah yang membuat produk ecoprint memiliki nilai seni yang cukup mahal.

"Kalau kain kanvas penjualan kami engga ada yang di bawah Rp100 ribu. Pasti di atas Rp100 ribu bahkan ada yang Rp250 ribu. Tapi kalau kain blengket untuk masyarakat biasa (lokal), itu masih ada yang kita jual di bawah Rp100 ribu," jelasnya.

Topik Menarik