Target 10 Juta Ton Baja, KRAS akan Gelontorkan Dana Rp33 Triliun

Target 10 Juta Ton Baja, KRAS akan Gelontorkan Dana Rp33 Triliun

Ekonomi | BuddyKu | Selasa, 12 April 2022 - 12:50
share

IDXChannel - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memasang target tinggi dalam memproyeksikan kinerjanya di masa mendatang. Emiten produsen baja milik pemerintah itu memasang target total kapasitas produksi dan turunannya menjadi 10 juta ton per tahun (million ton per annual/mtpa) pada 2025 mendatang.

Sebagai perbandingan, saat ini kapasitas produksi pabrik yang dimiliki baru mencapai 6,9 juta ton yang terintegrasi di seluruh rantai pasok bisnis perusahaan.
Karenanya, untuk mengejar target tersebut, pihak perusahaan telah menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar 2,3 miliar dolar AS. Dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp14.300 per dolar AS, maka anggaran tersebut setara dengan dengan Rp33 triliun.

"Nilai (investasi) itu untuk tahun 2025 melalui Krakatau Posco (anak usaha patungan Krakatau Steel dengan Pohang Steel and Iron Company/Posco)," ujar Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (11/4/2022).

Jumlah investasi tersebut, menurut Silmy, di luar anggaran awal pembangunan fasilitas produksi 10 juta ton baja. Dimana pada tahun 2022 hingga 2024 mendatang telah disediakan anggaran investasi sebesar 700 juta dolar AS.

"Jadi (investasi) 10 juta ton (baja) itu pertama di 2021 dan 2022. Lalu kita lanjut ke 2022-2024 itu yang sekitar 700 juta dolar AS, baru kemudian di 2025 kita masuk lagi investasi 2,3 miliar dolar AS lewat Krakatau Posco," ungkap Silmy.

Guna mengejar target produksi 10 juta baja, lanjut Silmy, pihaknya telah menyiapkan peta jalan(roadmap)nya. Dalam skema ini, KRAS juga menargetkan kapasitas iron steel making sebesar 10 juta ton, basic oksigen furnace 10 juta ton, hot strip mill 8 juta ton, pellet mill 2 juta ton, lalu controlling mll 3 juta ton.

"Jadi kalau misalnya ditanya bagaimana roadmap 10 juta ton nya? ini sudah kami siapkan," ungkap dia.

Silmy meyakini aksi korporasi ini akan memperkuat posisi emiten di pasar dalam negeri dan luar negeri. Saat ini, volume impor baja dalam negeri masih tercatat tinggi. Sepanjang 2021 lalu jumlah baja yang diimpor mencapai 5,80 juta ton atau naik 22 persen dibandingkan 2020 yakni 4,76 juta ton.

Kenaikan impor baja di 2021 tak sebanding dengan ekspor yang dilakukan Krakatau Steel sejak kuartal 1-2022. Dimana, hingga Maret tahun ini emiten dengan kode saham KRAS hanya mengekspor 116.000 ton baja saja.

Meski begitu, Silmy mencatat jumlah ekspor itu menjadi rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan baja pelat merah itu. "Di sini dilihat bagaimana perkembangan Krakatau Steel, dan juga di Q1 kita memecahkan rekor untuk ekspor di bulan Maret. Di ekspor, kita 116.000 ton di bulan Maret (2022)," katanya.

Meski KRAS terus terus melihat dinamika pasar baja secara global dan melakukan penetrasi, tercatat angka impor baja jauh lebih tinggi daripada ekspor. Impor baja ini diklasifikasikan menjadi flat product dan long product

Flat oroduct produk terdiri atas HR Coil naik 14 persen, Plate turun 32 persen, Cold Rolled Coil naik 73 persen, sementara Coated Sheet naik 11 persen. Adapun Long Product terdiri atas Wire Road yang tercatat turun 7 persen, Bar naik 39 persen, Section turun 19 persen,

Signifikannya impor baja pun sejalan dengan konsumsi baja secara nasional. Silmy mencatat, sepanjang 2021 permintaan baja dalam negeri mencapai 15,5 juta ton. Jumlah ini naik signifikan jika dibandingkan dengan volume permintaan pada 2020 lalu yakni 15,1 juta ton. (TSA)

Topik Menarik