Banyak Usaha Tahu Tempe Bangkrut

Banyak Usaha Tahu Tempe Bangkrut

Ekonomi | koran-jakarta.com | Sabtu, 12 Februari 2022 - 07:46
share

JAKARTA - Pemerintah belum mengeluarkan solusi untuk menekan kenaikan harga kedelai. Akibatnya, tak sedikit pengrajin tahu dan tempe gulung tikar. Mereka terpaksa banting stir menekuni pekerjaan lain karena usaha tahu dan tempe sudah tidak lagi ekonomis.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, mengungkapkan kurang lebih ada 32 ribu perajin tahu dan tempe berhenti bekerja. Dari 160 ribuan perajin, sekitar 20 persen di antaranya sudah kolaps.

Dari jumlah tersebut, mayoritas pelaku usaha tahu dan tempe dengan kapasitas 20 kg kedelai per hari. Adapun yang lumayan bertahan adalah mereka dengan kapasitas kebutuhan kedelai 50 kg ke atas.

"Kami minta pemerintah untuk cari solusi, sebab sampai saat ini belum ada solusi konkret terkait masalah ini," tegas Aip dalam konferensi pers virtual bersama Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dan Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), Jumat (11/2).

Dia mengakui importir memang tidak menaikkan harga sekaligus, namun kenaikan tersebut dilakukan secara bertahap. Menurutnya, anggota Gakoptindo di daerah sudah banyak yang resah dengan kondisi ini.

Sementara itu, pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga kedelai nasional. Koordinasi dengan importir kedelai serta perajin tahu dan tempe terus diperkuat. Kementerian Perdagangan memastikan stok kedelai nasional aman meskipun terjadi kenaikan harga kedelai yang signifikan selama dua minggu terakhir.

Dalam kesempatan sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan, mengungkapkan menyikapi harga kedelai dunia yang masih cukup tinggi, Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan Lebaran 2022.

"Pemerintah juga meminta dukungan importir kedelai untuk konsisten menjaga harga keekonomian kedelai impor tetap terjangkau di tingkat perajin tahu dan tempe," tegas Oke dalam konferensi pers virtual bersama Gakoptindo dan Akindo.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade, harga kedelai pada pekan kedua Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushels . Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 dollar AS per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 dollar AS per bushels.

Dampak Inflasi

Kenaikan harga disinyalir akibat adanya kenaikan inflasi di negara produsen sehingga berdampak pada lonjakan biaya produksi, pengurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan. Selain itu, penyebab lainnya adalah ketidakpastian cuaca di negara produsen sehingga mendorong petani kedelai menaikkan harga.

Sementara itu, total stok yang dimiliki Akindo tercatat sebesar 300 ribu ton. Jumlah ini berasal dari stok awal Februari yang tercatat sebesar 160 ribu ton ditambah pemasukan pada pertengahan Februari sebesar 140 ribu ton. Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama dua bulan ke depan (Februari-Maret 2022).

Akindo berkomitmen untuk menjaga harga kedelai di tingkat importir sebesar 10.500-11.500 rupiah per kilogram (kg) pada Februari 2022 dan akan ditinjau kembali setiap akhir bulan berdasarkan perkembangan harga kedelai dunia.

Kemendag memprediksi dalam waktu dekat harga tempe di tingkat pengrajin akan naik di kisaran 10.300-10.600 rupiah per kg. Hal yang sama juga terjadi pada harga tahu per papannya berkisar 52.450-53.700 rupiah atau 600-700 rupiah per potongnya.

Topik Menarik