Untuk Bakal Calon Presiden Pengusaha Dan Akademisi Sumbang Saran Didik J Rachbini Hilirisasi Dongkrak Nilai Tambah

Untuk Bakal Calon Presiden Pengusaha Dan Akademisi Sumbang Saran Didik J Rachbini Hilirisasi Dongkrak Nilai Tambah

Nasional | BuddyKu | Rabu, 31 Mei 2023 - 07:23
share

Melihat berbagai hasil survei, tiga besar bakal Calon Presiden (Capres) masih diisi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Seiring itu, sejumlah lembaga survei merilis hasil survei mereka tentang elektabilitas (keterpilihan) Capres pada Mei 2023.

Litbang Kompas menunjukkan, Prabowo ada di urutan pertama dengan elektabilitas 24,5 persen, kemudian Ganjar Pranowo 22,8 persen dan Anies 13,6 persen. Survei itu berlangsung pada 29 April-10 Mei 2023.

Litbang Kompas melaksanakan survei dengan metode wawancara tatap muka, melibatkan 1.200 responden dari 38 provinsi. Margin of error survei ini, lebih kurang 2,83 persen.

Sedangkan menurut hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas Ganjar melampaui Prabowo dan Anies Baswedan. Hal itu terjadi pada kelompok pemilih kritis.

Berdasarkan hasil survei tersebut, elektabilitas Ganjar naik dari 31,1 persen menjadi 35,9 persen. Prabowo pun demikian, naik dari 29,7 persen menjadi 32,8 persen. Sedangkan dalam lima bulan terakhir, Anies merosot dari 29,7 persen pada Desember 2022, menjadi 20,1 persen pada survei 23-24 Mei 2023. Namun, 11,3 persen responden belum menjawab survei ini.

Sedangkan menurut Lembaga Survei Jakarta (LSJ), saat responden ditanya tentang siapa Capres yang tepat menggantikan Jokowi, hasilnya, Prabowo meraih 26,2 persen, Ganjar 18,8 persen dan Anies 15,3 persen.

Pada pertanyaan tertutup, saat responden disodorkan 10 nama Capres, Prabowo kembali unggul. Ia mendapatkan elektabilitas tertinggi, dengan persentase 33,2 persen. Ganjar mendapat 19,4 persen dan Anies 18,6 persen.

Survei tersebut dilakukan LSJ pada 9 Mei sampai 17 Mei 2023, dengan metode tatap muka, melibatkan 1.200 responden. Adapun margin of error 2,8 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Bisa dibilang, Prabowo, Ganjar dan Anies adalah tiga besar bakal Capres. Atau, Ganjar, Prabowo dan Anies. Lantas, bagaimana saran pengusaha dan akademisi untuk para bakal Capres itu?

Berikut wawancara dengan Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini mengenai apa yang perlu diajukan para bakal Capres itu.

Apa saran Anda bagi para bakal Capres tentang sektor sumber daya alam ?

Pertama, kebijakan hilirisasi industri yang dilakukan Presiden Joko Widodo, itu perlu dilanjutkan. Karena, itu meningkatkan nilai tambah. Kebijakan yang bagus, saya dorong. Kebijakan yang jelek, saya kritik.

Hilirisasi seperti apa yang Anda maksud?

Misalnya, kelapa sawit tidak boleh berhenti hanya menjadi bahan bakar atau palm oil saja. Namun, harus menjadi kosmetik atau obat-obatan juga. Ada puluhan produk yang nilai tambahnya sangat tinggi dan itu dilakukan di Indonesia.

Bagaimana dengan batu bara dan lainnya?

Begitu juga batu bara, bisa menjadi macam-macam, sehingga hilirisasi itu bisa dilakukan di seluruh sektor yang kita punya sumber daya alamnya. Jangan kayak dulu, misalnya kayu gelondongan dikirim, karet mentah dikirim. Itu harus menjadi produk industri yang bernilai tambah tinggi.

Coba kita lihat kulit. Kulit itu hanya satu telapak tangan kalau dijadikan dompet, akan naik 10-20 kali lipat nilainya. Jadi, kita harus melakukan industri hilirisasi. Ini harus sukses.

Apa hambatannya?

Biaya untuk angkutan dan macam-macam di Indonesia, lebih mahal dua kali lipat dari negara lain seperti Singapura. Biaya non industri juga naik sekali, atau dalam ekonomi itu disebut transaction cost. Jadi, industri-industri atau perusahaan, menanggung biaya-biaya di luar biaya produksinya.

Biaya apa saja itu?

Biaya hukum, izin, lokasi, nyogok, uang siluman dan macam-macam. Itu luar biasa besar. Ini sudah lampu merah.

Jika masalah tersebut tidak diselesaikan dengan cepat, apa risikonya?

Kalau itu tidak berhasil selesai, ya gagal industri hilirisasinya. Contoh akibatnya, kita hanya akan mengekspor batu bara. Ekspor batu bara itu nggak ngotak. Jadi, ke depan harus industri hilirisasi.

Selain itu, apa lagi?

Kedua, adalah jasa. Anak-anak muda dididik data scientist, artificial intelligence. Setelah dididik, mereka bisa dikirim ke Dubai, Amerika, London untuk menggantikan yang lain.

Perguruan tinggi jangan hanya menjadi lembaga kursus. Seharusnya, mencetak intelektual-intelektual yang bisa dikirim ke Amerika, London, Dubai. Mereka membutuhkan sekali data scientist, artificial intelligence. [NNM]

Topik Menarik