7 Pertempuran Laut Mematikan, Nomor 4 Adu Tembakan Meriam Selama 6 Jam

7 Pertempuran Laut Mematikan, Nomor 4 Adu Tembakan Meriam Selama 6 Jam

Berita Utama | inews | Kamis, 29 Februari 2024 - 05:50
share

JAKARTA, iNews.id - Cita-cita untuk menegakkan kembali kedaulatan negara di laut terwujud ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan. Para pejuang bahari di Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut sebagai embrio kekuatan pertahanan maritim berhasil merintis pembentukan Corps Armada yang menjadi unsur inti dari Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) kini bertransformasi menjadi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). 

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 mengokohkan tekad dan semangat Jalasena Kusuma Bangsa untuk menegakkan kedaulatan wilayah dan hukum di laut. Semangat itu tertanam kuat dalam jiwa prajurit matra laut, meski terkendala sumber daya yang sangat terbatas di tengah-tengah sengitnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Saat itu, sebagai garda laut nasional Angkatan Laut mengemban tugas yang tidak ringan. Selain pertahanan, Angkatan Laut saat itu juga mengemban tugas menyebarluaskan berita proklamasi dan melaksanakan ekspedisi lintas laut untuk membangun kekuatan bersenjata di Jawa dan Sumatera. 

Dalam misinya, ALRI harus bertempur menghadapi kekuatan Angkatan Laut Belanda yang memiliki persenjataan dan peralatan termpur jauh lebih unggul. ALRI juga harus menghadapi separatisme dan pemberontakan di daerah yang mengancam keutuhan NKRI.

Beberapa pertempuran laut mematikan yang dihadapi para pejuang bahari pada masa perang kemerdekaan dihimpun dari dokumentasi TNI AL, yaitu:

1. Pertempuran Selat Bali 4 April 1946

ALRI membentuk armada perahu tradisional yang membawa pasukan ekspedisi lintas laut Jawa-Bali pimpinan Kapten Markadi. Armada tersebut dibentuk pada 4 April 1946 untuk membantu perjuangan rakyat Bali melawan Belanda. 

Misi dari Armada tersebut mendaratkan pasukan gabungan pejuang Indonesia di Bali. Dalam perjalanan melintasi Selat Bali, pasukan terlibat kontak senjata dengan dua kapal patroli Belanda jenis Landing Craft Mechanized (LCM). 

Dalam pertempuran sengit tersebut, pasukan Markadi berhasil merusak dua kapal patroli musuh. Kapal patroli tersebut meninggalkan pertempuran dengan kondisi terbakar lalu tenggelam. 

Pasukan gabungan Indonesia berhasil mendarat di pantai Bali dan menyusun kesatuan TNI setingkat resimen yang dipimpin Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. 

2. Pertempuran Teluk Cirebon 5 Januari 1947

Pertempuran ini pecah berawal saat iring-iringan eskader ALRI melaksanakan latihan dengan pasukan Angkatan Darat di perairan Cirebon, 5 Januari 1947. Tiba-tiba Korvet Belanda Hr. Ms. Morotai melakukan provokasi.

Letnan Samadikun selaku komandan latihan merangkap Komandan RI Gadjah Mada kemudian memerintahkan semua unsur kembali ke pelabuhan Cirebon dan mengarahkan haluan kapalnya ke arah kapal Belanda tersebut. 

Berbagai manuver berhasil mengusir korvet musuh meninggalkan perairan yurisdiksi Indonesia, namun satu kapal kombatan Belanda, yaitu Hr. Ms. Kortenaer muncul langsung mendekat posisi RI Gadjah Mada.

Komunikasi dan manuver dilakukan oleh Letnan Samadikun mencoba agar korvet Belanda mengkuti rekan mereka meninggalkan perairan Cirebon. Upaya ini diabaikan oleh lawan hingga pertempuran tidak seimbang pecah. 

RI Gadjah Mada tenggelam dan Letnan Samadikun gugur dalam pertempuran laut tersebut.  

3. Pertempuran Laut Sapudi 13 April 1947

Pertempuran mematikan ini berawal ALRI mengirim ekspedisi lintas laut ke Sulawesi menggunakan perahu layar, Dermawan pada 13 April 1947.

Ekspedisi dipimpin oleh Kapten Harjanto. Dalam perjalanannya, tepat di perairan Pulau Sapudi, ekspedisi lintas laut ALRI tersebut terlibat kontak senjata dengan kapal patroli Belanda RP 107.

Dalam pertempuran jarak dekat tersebut, dua ABK kapal patroli tewas dan sejumlah ABK lainnya terluka hingga kapal patroli itu meninggalkan pertempuran. 

Pertempuran berlanjut, dengan datangnya serangan dari orvet Hr. Ms. Batjan yang memuntahkan tembakan mitraliur ke perahu ALRI. Dalam pertempuran ini, Kapten Harjanto beserta lima prajurit ALRI gugur.

4. Pertempuran Teluk Sibolga 9 Mei 1947

MT Sembilan, destroyer Belanda Hr. Ms. Banckert memasuki Teluk Sibolga, wilayah kedaulatan RI pada 9 Mei 1947. Pasukan Angkatan Laut Belanda tersebut beralasan sedang memburu kapal penyelundup. 

Residen Tapanuli dan Komandan ALRI Pangkalan Sibolga berupaya mempuh langkah persuasif dengan mengingatkan kapal Belanda itu telah memasuki wilayah RI tanpa izin. Peringatan itu diabaikan oleh pasukan Belanda.

Keesokan harinya, pasukan Belanda mulai memprovokasi dengan melepaskan tembakan ke motor boat ALRI yang dipimpin Letnan Oswald Siahaan. 

Provokasi ini langsung direspons ALRI Pangkalan Sibolga dibantu oleh pasukanpasukan republik dan kelaskaran dengan menyusun pertahanan pantai. Bahkan, upaya persuasif kembali dilakukan dengan mengingatkan kapal Belanda tersebut.

Satuan pertahanan pantai ALRI bertempur melawan Hr. Ms. Banckert di Teluk Sibolga 1947. (Foto: TNI AL).
Satuan pertahanan pantai ALRI bertempur melawan Hr. Ms. Banckert di Teluk Sibolga 1947. (Foto: TNI AL).

Pertempuran akhirnya pecah karena peringatan ini kembali diabaikan, yakni agar kapal Belanda meninggalkan Teluk Sibolga  pada batas waktu pukul 10.00 WIB pada 12 Mei 1947. 

Meriam-meriam dan senapan mesin pertahanan pantai ALRI membuka serangan. Beradu tembakan dengan meriam-meriam kapal perang Belanda selama enam jam yang menjadi babak utama dalam pertempuran Teluk Sibolga.

Pertempuran ini berakhir setelah Hr. Ms. Banckert meninggalkan Teluk Sibolga dan mengevakuasi awak kapalnya yang terluka menggunakan pesawat amfibi.

5. RI Hang Tuah Tenggelam 28 April 1958

Salah satu alutsista ALRI, yaitu korvet RI Hang Tuah terlibat pertempuran dengan pesawat pembom jenis B-26 Invader milik AU Permesta (AUREV) yang dipiloti asing bernama Allan Lawrence Pope pada 28 April 1958 di perairan Balikpapan, Kalimantan Timur.

Pertempuran ini merupakan bagian dari ALRI dalam operasi gabungan bersama unsur-unsur angkatan bersenjata RI lainnya untuk menumpas tindakan pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara.

Pada awal pemberontakan Permesta, kawasan udara Indonesia Timur didominasi AUREV. Pertempuran laut udara dalam operasi penumpasan Permesta merupakan pengalaman pertama kali bagi ALRI.

Saat itu, pesawat pembom B-26 Permesta menyerang Pelabuhan Balikpapan dengan membom kapal-kapal yang berada di pelabuhan tersebut. 

Serangan udara itu menyasar korvet RI Hang Tuah yang berlayar ke luar dari pelabuhan. RI Hang Tuah langsung merespons serangan itu menggunakan senapan mesin ringan.

Korvet RI Hang Tuah saat itu tidak dilengkapi meriam penangkis serangan udara. Korvet RI Hang Tuah tidak dapat bermanuver untuk menghindari bom musuh karena posisinya berada di alur pelabuhan dengan kondisi mesin rusak. 

Posisi yang terdesak menyebabkan dua bom Permesta menghantam bagian cerobong asap, sehingga RI Hang Tuah meledak hingga tenggelam.

6. Sayap Udara Permesta Patah pada18 Mei 1958

Pada 18 Mei 1958 satuan tugas amfibi ALRI yang tergabung dalam Amphibious Task Group (ATG)-21 akan mendaratkan pasukan ke pertahanan Permesta di Morotai, tiba-tiba diserang AUREV. Pasukan ALRI saat itu diserang pesawat pembom B-26 AUREV di perairan Ambon. 

Komandan ATG-21 Letkol KKO H.H.W. Hunholz kemudian memerintahkan semua kapal untuk melakukan antiserangan udara dengan menempatkan lima kapal penyapu ranjau.

Kelima kapal ini bertugas sebagai unsur tabir membentuk formasi melindungi dua kapal angkut pasukan, yaitu RI Sawega dan RI Baumesepe yang menjadi target pesawat pembom B-26 AUREV. 

Pesawat B-26 Permesta ditembak jatuh oleh kapal-kapal ATG-21 dan pilot Allen Pope ditawan di RI Sawega. (Foto: TNI AL).
Pesawat B-26 Permesta ditembak jatuh oleh kapal-kapal ATG-21 dan pilot Allen Pope ditawan di RI Sawega. (Foto: TNI AL).

Manuver ini berhasil mematahkan serangan udara musuh. Bom yang dilepaskan pesawat B-26 AUREV meleset 200 meter dari RI Sawega. Seluruh unsur ATG-21 lalu melepaskan tembakan dari semua meriam dan senapan mesin antiserangan udara ke arah pesawat pembom B-26 AUREV. 

Serangan ini berhasil mengenai pesawat pembom yang dipiloti oleh Allan L. Pope itu hingga terbakar lalu jatuh di perairan Tanjung Alang. Pertempuran laut udara tersebut berhasil mengakhiri dominasi kekuatan udara Permesta di wilayah Indonesia Timur.

7. Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962

Salah satu fase awal Operasi Trikora, yaitu infiltrasi. Untuk mendukung pelaksanaan misi infiltrasi ke Irian Barat, ALRI membentuk Satuan Tugas Chusus 9 (STC-9) yang terdiri atas empat kapal perang jenis Motor Torpedo Boat (MTB) kelas Jaguar. 

Keempat MTB tersebut, RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau dan RI Singa. Pada 15 Januari 1962 STC-9 berlayar di perairan laut Arafuru untuk mendaratkan pasukan Angkatan Darat ke pantai Kaimana Irian Barat. 

Awalnya, STC-9 terdiri atas empat MTB. Dalam perjalanan hanya tiga kapal yang mampu beroperasi. Sedangkan satu MTB, yaitu RI Singa mengalami kerusakan mesin sehingga tidak dapat melanjutkan misi.

Saat mendekati pantai pendaratan, ketiga MTB ALRI terdeteksi oleh Aangkatan Laut Belanda kemudian mengerahkan destroyer Hr. Ms. Kortenaer, Hr. Ms, Utrecht, fregat Hr. Ms. Evertsen dan pesawat patroli maritim Neptune. 

RI Harimau, RI Macan Kumbang dan RI Macan Tutul lalu diperintahkan mengarah sesuai rencana operasi jika terdeteksi musuh. Saat bermanuver, MTB-MTB ALRI diberondong tembakan dari laut dan udara oleh musuh.

Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Macan Tutul lalu memerintahkan kapal untuk maju mengadang kapal-kapal Belanda, sebagai pengalih perhatian. Upaya ini berhasil, tembakan kapal perang Belanda hanya tertuju pada RI Macan Tutul. 

Tembakan meriam kapal Belanda mengenai anjungan kapal RI Macan Tutul hingga tenggelam dan Komodor Yos Sudarso gugur dalam Pertempuran Laut Aru tersebut.

Pertempuran mematikan ini kemudian dijadikan momentum untuk memperingati pertempuran-pertempuran laut yang pernah dihadapi oleh para prajurit TNI AL dan ditetapkan sebagai Hari Dharma Samudera sejak 15 Januari 1963 berdasarkan keputusan Menteri/ KSAL Nomor Kep M/KSAL 5060.1. Heroisme dan keberanian para pahlawan samudera telah diabadikan dalam berbagai wahana kesejarahan untuk menginspirasi generasi penerus bangsa agar selalu menjaga harga diri sebagai bangsa, mempertahankan NKRI dan mewujudkan Jalesveva Jayamahe

Topik Menarik